Akhir – akhir ini saya sering melakukan perjalanan dinas dengan menggunakan pesawat terbang. Banyak hal yang saya amati berkaitan dengan tingkah laku dan etika masyarakat kita selama dipesawat. Salah satunya yang bener – bener bikin jengkel, mengganggu dan membuat saya pengen memutilasi*duh, sadis banget ya* pelanggar aturan tersebut adalah penggunaan telepon genggam (HP). Disini saya tidak ingin membahas benar atau tidaknya mereka ataupun saya. Saya disini hanya ingin berkeluh kesah tentang penatnya saya melihat tingkah mereka. Maaf kalo misalkan anda yang membaca ada yang “tertampar” karena pernah melakukan hal tersebut. Masih mending ditampar kata – kata kan daripada ditampar beneran..hihihi…

Sudah menjadi kebiasaan saya untuk tidak mengaktifkan HP sejak sebelum naik kedalam pesawat sampai berada diruang tunggu ketika pesawat telah mendarat kembali. Tetapi fenomena yang saya lihat sejak dulu adalah ketidakpedulian masyarakat Indonesia tentang hal tersebut. Padahal awak kabin telah berkali – kali mengingatkan untuk tidak mengaktifkan HP ketika pesawat akan take off dan selalu menghimbau penumpang untuk mengaktifkan HP kembali didalam ruang tunggu ketika pesawat telah mendarat, bukan ketika roda pesawat sudah menyentuh tanah dan masih menggelinding. Saya ingat betul ketika beberapa minggu lalu dalam perjalanan ke Medan, saya pernah menegur seorang ibu yang duduknya dibelakang saya dan hampir bertengkar kalau tidak dilerai oleh pramugari. Jadi gini ceritanya. Mesin pesawat sudah dinyalakan dan pesawat sudah dalam keadaan mundur. Tiba – tiba saya mendengar HP bunyi dibelakang tempat duduk saya. Dan dengan suara kenceng yang bersangkutan menjawab telepon yang masuk tersebut. What??!! Reflek saya melepaskan sabuk pengaman, berdiri dan balik badan langsung menegur ibu tersebut dengan suara penuh emosi “Maaf Bu, pesawat sudah akan take off. Seharusnya ibu tidak mengaktifkan telepon dari tadi”. Dengan emosi juga ibu tersebut balik membentak saya “heh, kamu ga denger saya ada urusan penting. Bisa – bisanya kamu menegur saya, kamu kan bukan pramugari” dengan posisi telepon masih aktif. Langsung saja saya memanggil pramugari dengan suara kenceng. Pramugari datang dan kembali menegur ibu tersebut. Bahkan kalau saya tidak salah dengar, pramugari tersebut berkata “kalau ibu tidak mematikan HP sekarang, saya persilahkan ibu untuk turun”…hahaha, puas banget saya lihat mukanya. Rasanya saya ingin menyemprot air dirambutnya yang bersasak tinggi. Mungkin karena sasaknya itu, beliau susah membedakan antara didalam pesawat dan didalam angkot. Duh, gemes saya kalau ingat kejadian itu.

Hal yang tidak kalah menjengkelkan adalah ketika roda pesawat sudah menyentuh tanah ketika landing. Langsung saja suara “tat tit tut tat tit tut” HP yang diaktifkan kembali berebutan untuk bersuara. OMG, rasanya saya pengen banget bawa baleho yang bertuliskan dilarang mengaktifkan HP sebelum memasuki ruang tunggu dan kalau masih ada yang melanggar, saya pentungin aja baleho itu ke kepala mereka. Kali aja ada yang salah diotak mereka sampai ga ngerti tentang peringatan tersebut. Beberapa kali saya duduk bersebelahan dengan bule *duh, betapa bahagia saya kalau selama perjalanan di pesawat bisa bersebelahan dengan bule dan bisa ngobrol. Maklum, saya bule mania…hehehe* dan mereka selalu mengeluh ketika mendengar ada orang yang menerima telepon ketika roda pesawat baru nyentuh tanah. Muka mereka langsung gusar dan mencoba cari sumber suara dan sepertinya ingin melempar bangku pesawat ke orang yang sudah mengaktifkan telepon *yang terakhir ini sih sebenernya saya yang ingin melakukan, ngelempar kursi*. Betapa malunya saya sebagai warga Indonesia ketika mengetahui bahwa bangsa saya masih awam dengan masalah yang menyangkut nyawa orang banyak ini. Oh ya, saya ingat kejadian terakhir ketika saya kembali ke Jakarta dari Surabaya. Belum juga roda pesawat nyentuh tanah, saya yang saat itu setengah tertidur, kaget setengah idup ketika mendengar ada suara HP bunyi disebelah saya. Otomatis saya langsung membuka mata dan melihat ke arah jendela, memastikan bahwa memang roda pesawat belum menyentuh tanah. Ternyata memang benar. Pesawat masih dalam proses mendarat dan masih beberapa meter diatas tanah. Tidak segan – segan saya menegur penumpang sebelah saya. Lelaki itu cuek aja. Saya langsung kencengin suara “Mas, ga denger pengumuman ya tadi, ato emang anda budeg ga bisa ngedenger. Kan ga boleh mengaktifkan HP selama belum diruang tunggu”. Dia melotot, dan saya kembali dengan jurus andalan, memanggil pramugari. Setelah turun dari pesawat dan bertemu di pengambilan bagasi, saya berpapasan dengan makhluk tersebut. Sambil jalan saya ngomel “cakep – cakep kok ga tau aturan”…hihihi, saya jengkel banget.
Kenapa sih masyarakat kita tidak peduli dengan hal yang penting tersebut. Mungkin saya bisa sedikit share tentang bahaya sinyal HP didalam pesawat. Yang saya ambil dari beberapa sumber.

Buat yang belum tahu, kenapa Gak bo leh menyalakan Handphone di pesawat, berikut penjelasannya:
Sekedar untuk informasi saja, mungkin rekan-rekan semua sudah mendengar berita mengenai kecelakaan pesawat yang baru "take-off" dari Lanud Polonia-Medan. Sampai saat ini penyebab kejadian tersebut belum diketahui dengan pasti..

Mungkin sekedar sharing saja buat kita semua yang memiliki dan menggunakan ponsel/telpon genggam atau apapun istilahnya. Ternyata menurut sumber informasi yang didapat dari ASRS (Aviation Safety Reporting System) bahwa ponsel mempunyai kontributor yang besar terhadap keselamatan penerbangan.

Sudah banyak kasus kecelakaan pesawat terbang yang terjadi akibatkan oleh ponsel. Mungkin informasi dibawah ini dapat bermanfaat untuk kita semua, terlebih yang sering menggunakan pesawat terbang.
Contoh kasusnya antara lain:

Pesawat Crossair dengan nomor penerbangan LX498 baru saja "take-off" dari bandara Zurich , Swiss. Sebentar kemudian pesawat menukik jatuh. Sepuluh penumpangnya tewas. Penyelidik menemukan bukti adanya gangguan sinyal ponsel terhadap sistem kemudi pesawat.

Sebuah pesawat Slovenia Air dalam penerbangan menuju Sarajevo melakukan pendaratan darurat karena sistem alarm di kokpit penerbang terus meraung-raung. . Ternyata, sebuah ponsel di dalam kopor dibagasi lupa dimatikan, dan menyebabkan gangguan terhadap sistem navigasi.

Boeing 747 Qantas tiba-tiba miring ke satu sisi dan mendaki lagi setinggi 700 kaki justru ketika sedang "final approach" untuk "landing" di bandara Heathrow, London. Penyebabnya adalah karena tiga penumpang belum mematikan komputer, CD player, dan electronic game masing-masing (The Australian, 23-9-1998).

Seperti kita tahu di Indonesia, Begitu roda-roda pesawat menjejak landasan,langsung saja terdengar bunyi beberapa ponsel yang baru saja diaktifkan.

Para "pelanggar hukum" itu seolah-olah tak mengerti, bahwa perbuatan mereka dapat mencelakai penumpang lain, disamping merupakan gangguan (nuisance)terhadap kenyamanan orang lain.

Dapat dimaklumi, mereka pada umumnya memang belum memahami tatakrama menggunakan ponsel, disamping juga belum mengerti bahaya yang dapat ditimbulkan ponsel dan alat elektronik lainnya terhadap sistem navigasi dan kemudi pesawat terbang. Untuk itulah ponsel harus dimatikan, tidak hanya di-switch agar tidak berdering selama berada di dalam pesawat.

Berikut merupakan bentuk ganguan-gangguan yang terjadi di pesawat: Arah terbang melenceng, Indikator HSI (Horizontal Situation Indicator)terganggu , Gangguan penyebab VOR (VHF Omnidirectional Receiver) tak terdengar, Gangguan sistem navigasi, Gangguan frekuensi komunikasi, Gangguan indikator bahan bakar, Gangguan sistem kemudi otomatis, Semua gangguan diatas diakibatkan oleh ponsel, sedangkan gangguan lainnya seperti Gangguan arah kompas komputer diakibatkan oleh CD & game Gangguan indikator CDI (Course Deviation Indicator) diakibatkan oleh game boy Semua informasi diatas adalah bersumber dari ASRS.

Dengan melihat daftar gangguan diatas kita bisa melihat bahwa bukan saja ketika pesawat sedang terbang, tetapi ketika pesawat sedang bergerak di landasan pun terjadi gangguan yang cukup besar akibat penggunaan ponsel.
Kebisingan pada headset para penerbang dan terputus-putusnya suara mengakibatkan penerbang tak dapat menerima instruksi dari menara pengawas dengan baik.

Untuk diketahui, ponsel tidak hanya mengirim dan menerima gelombang radio melainkan juga meradiasikan tenaga listrik untuk menjangkau BTS (Base Transceiver Station). Sebuah ponsel dapat menjangkau BTS yang berjarak 35 kilometer. Artinya, pada ketinggian 30.000 kaki, sebuah ponsel bisa menjangkau ratusan BTS yang berada dibawahnya. (Di Jakarta saja diperkirakan ada sekitar 600 BTS yang semuanya dapat sekaligus terjangkau oleh sebuah ponsel aktif di pesawat terbang yang sedang bergerak di atas Jakarta ). (Varis/pertamina) Sebagai mahluk modern, sebaiknya kita ingat bahwa pelanggaran hukum adalah juga pelanggaran etika. Tidakkah kita malu dianggap sebagai orang yang tidak peduli akan keselamatan orang lain, melanggar hukum, dan sekaligus tidak tahu tata krama?

Sekiranya bila kita naik pesawat, bersabarlah sebentar. Semua orang tahu kita memiliki ponsel. Semua orang tahu kita sedang bergegas. Semua orang tahu kita orang penting. Tetapi, demi keselamatan sesama dan demi sopan santun menghargai sesama, janganlah mengaktifkan ponsel selama di dalam pesawat terbang. Sudahlah, buat apa sih lebih mementingkan kesenangan sementara daripada nyawa anda? tahan diri lah... ga lama ini..., toh nanti juga kalau pesawat aman dan selamat anda bisa meneruskan lagi aktifitas / hobi anda yang sempat tertunda saat anda telah sampai ke tempat tujuan...

Semoga suatu hari rakyat kita bisa sedikit lebih pintar. Kalau memang anda tidak peduli dan malas memikirkan nyawa orang lain disekitar anda, masak iya anda juga tidak sayang dengan nyawa anda sendiri. Mari kita bersama – sama belajar menjadi bangsa yang ber-etika


-Jakarta, 1 Juni 2010-