Showing posts with label Coklat Hangat. Show all posts
Showing posts with label Coklat Hangat. Show all posts
Hai Doni, Apa kabar?

Kamu baik – baik saja kan? Wah, ternyata sudah hampir 4 bulan kita ga pernah ketemuan ya. Terakhir kali ketemu waktu aku mengantar kamu tanggal 24 februari 2011. Tidak ada kata yang terucap. Kita saling diam. Aku tidak pernah mengalihkan pandangan mata dari kamu. Tetapi kamu lebih senang untuk berdiam diri, menyendiri. Aku hanya bisa menatapmu pergi dari kejauhan, tak bisa mencegah apa yang sudah menjadi keinginanmu. Walaupun air mata bercucuran, aku mencoba menyembunyikan wajah agar kamu tidak bisa melihat kesedihanku. Kamu pasti bahagia dengan pilihan itu, jadi tidak ada alasan untukku menjadi sedih. Semua akan baik – baik saja, bisikku dalam hati.

Sebenarnya beberapa kali aku mampir ke tempatmu. Berkunjung untuk sekedar berbagi cerita, berbagi kisah dan berbagi kerinduan. Tetapi ketika aku berucap salam, sepertinya kamu sedang tidak ada di tempat. Aku menunggumu datang sambil membaca beberapa bacaan yang kamu senangi. Kamu tahu kan aku suka membaca. Aku tergila – gila membeli buku. Kamu juga selalu membaca hasil tulisanku. kamu tahu bahwa aku ingin menjadi seorang penulis. Kamu juga tahu impian – impian yang selalu aku ceritakan. Aku ingin mempunyai sekolah sendiri untuk anak – anak berkebutuhan khusus dan menggratiskan sekolah itu untuk mereka. Kamu juga tahu aku terobsesi untuk menjadi seorang guru di daerah pedalaman dan mengajarkan banyak hal kepada anak – anak disana. Pelajaran tentang kejujuran, pelajaran tentang memaknai hidup secara bersahaja, pelajaran tentang Tuhan dan semua pelajaran hidup yang selalu ingin aku bagi kepada mereka yang membutuhkan. Kamu selalu mendukungku dengan memberi semangat yang tidak pernah henti. Semangat yang selalu kamu ucapkan lewat canda, tawa dan keceriaan. Semangat yang tidak pernah luntur untuk aku. Kamu selalu ada untuk aku.

Tapi aku tidak selalu ada untuk kamu. Disaat kamu membutuhkan aku untuk berbagi kisah tentang beberapa gadis yang sedang dekat dengan kamu, aku sudah sangat lelah untuk hanya sekedar mendengarkan ceritamu. Ketika kamu ingin menangis di pundakku setelah bertengkar dengan Mama dan Bapak, aku selalu mempunyai alasan segudang untuk mengunci rapat pintu kamar. Ketika kamu sedih karena belum siap ditinggal Ririn dan Agung –kedua kakakmu- menikah, aku justru sedang berbahagia karena sudah bisa jauh dari kamu dan merasa bebas karena tidak harus mendengar celotehmu lagi. Aku selalu menolak jika kamu membutuhkanku. Aku selalu menjauhimu.

Tapi kamu tidak pernah marah dengan perlakuanku. Kamu tidak pernah tersinggung dengan penolakanku. Kamu tidak pernah sakit hati dengan sikap manjaku, sikap seperti layaknya anak kecil. Padahal usia kamu jauh lebih muda dari usiaku.

Kamu masih ingat kan beberapa kali kita pergi nonton. Saat itu aku dan kamu menjadi dekat. Kita sering sembunyi – sembunyi makan mie So di gang belakang rumah, karena kalau ketahuan takut dimarahin Mamamu. Beberapa kali kita pergi makan ke rumah makan padang dekat kantor Bapak, pelayan disana bilang kalau kita serasi sebagai pasangan kekasih. Aku dan kamu hanya tertawa tertahan. Bagaimana mungkin, kita kan saudara sepupu.

Maaf kalau disuatu hari aku memutuskan untuk pindah dari rumah kamu dan tinggal di kamar kos. Aku sudah terbiasa mandiri. Aku tidak mau menjadi tergantung dengan keluarga kamu. Aku ingin menentukan langkahku sendiri. Maaf ya kalau aku sudah membuat kamu kecewa karena tidak sempat mengucapkan apapun, bahkan tidak mau menitip pesan untuk kamu ketika pergi. Pasti kamu kecewa karena ini.

Banyak kenangan indah Don, yang membuat aku kangen sama kamu. Kangen sekali. Kamu itu seringkali membuat kesal, menjengkelkan dan membuat marah. Tapi semua itu tidak berarti dibandingkan ketulusan yang kamu berikan untukku. Ketulusan akan perhatian dan kasih sayang.

Aku teringat saat hari pernikahan Ririn. Kamu terdiam sedih dikamar. Bahkan ketika Pak dhe dan Budhe datang, mukamu terlihat sedih. Seolah kehadiranku tidak kamu harapkan. Tetapi aku terkejut dengan kondisi kamarmu yang bersih, beda dari biasanya. Aku mencoba bertanya kenapa kamu sedih. Tapi kamu tidak menjawab pertanyaanku, malah menjauh keluar dari kamar. 

Karena sibuk dengan persiapan pernikahan Ririn, aku sampai tidak sempat melihat kamu lagi.
Beberapa hari kemudian, aku mampir lagi kerumahmu. Kamu ingin menunjukkan beberapa fotoku. Aku menolak untuk melihatnya karena sedang membantu Ibuku mempersiapkan segala sesuatunya sebelum berangkat ke bandara. Kamu ingin berfoto denganku, tapi aku menolaknya.

                “Buat apa sih foto mulu, kayak mau pergi jauh aja”
          “Emang Doni mau pergi jauh, makanya pengen foto bareng mbak Deny, biar bisa jadi kenang - kenangan”

Waktu itu aku tidak tahu rencana kamu dan tidak membaca tanda - tanda itu. Aku tidak mengindahkan keinginan kamu. Aku menolaknya. Sekarang aku sangat menyesal, karena aku tidak punya foto berdua denganmu. Penyesalan yang tidak pernah berujung. Satu lagi janji yang tidak aku tepati sebelum kamu pergi. Kamu meminta buku #Writers4Indonesia yang ada tulisanku tentang Bapak. Buku ini adalah buku kumpulan cerpen yang ditulis oleh banyak teman yang bertujuan untuk memberikan sumbangan kepada korban bencana Merapi. Kamu bahkan ingin membeli buku ini karena sangat ingin melihat tulisanku disana. Tapi aku menolaknya. Aku malah memberi Link website Nulis Buku supaya kamu membeli langsung disana, padahal sebenarnya di kantor aku masih punya stok. Jahat ya aku, Don. Tapi buku itu akhirnya sudah aku titipkan ke Bapakmu.

Don, sewaktu kamu pergi, pada saat itu aku berjanji dalam hati. Aku akan mewujudkan segala impian yang selalu aku ucapkan kepadamu. Aku ingin kamu merasa bangga.Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa dibanggakan. Aku ingin kamu senang.

Kamu yang selalu memberi semangat kepadaku. Kamu yang selalu memberi dukungan. Kamu yang selalu mengajarkan bahwa cinta itu harusnya tulus bukan mengharapkan imbalan, seperti yang kamu lakukan selama ini. Kamu yang selalu memberi contoh bahwa cinta itu suci, tidak pernah terkotori oleh nafsu duniawi, seperti cintamu yang tidak pernah bertepi kepada setiap orang yang kamu temui. Kamulah tauladan sebenarnya, Don. Kamulah Malaikat kehidupan yang sesungguhnya.

Walaupun kamu jauh, tapi aku yakin kamu sudah mendengar bahwa aku akhirnya pernah mengajar untuk anak – anak yang tidak mampu di daerah Pedongkelan. Aku mendongeng untuk mereka. Melihat senyum tulus mereka seperti mendapatkan siraman air ditengah gurun, Don. Sejuk dan penuh ketulusan. Bahkan fotoku ketika sedang mendongeng masuk di The Jakarta Globe. Pada akhirnya aku melangkah Don untuk menggapai mimpiku. Beberapa tulisanku juga sudah dimuat di beberapa buku kumpulan cerita bersama banyak teman. Aku berhasil diawal Don, dan itu karena kamu. Kamu yang selalu memberi semangat dari jauh. Kamu yang selalu menjagaku dalam setiap doa. Tetapi mimpi ini masih belum berhenti. Mimpi ini baru dimulai. Sekolah itu belum berdiri tegak, tapi sekalipun aku tidak pernah merubuhkan mimpi itu. Aku selalu membangun dalam setiap doa dan usaha.

Aku berjanji, secepatnya ketika aku sampai di Jakarta, aku akan mengunjungimu kembali. Membagikan semua cerita seperti biasanya. Dan aku tidak akan lupa membawakan bunga Mawar Putih kesayanganmu. Mengucurkan air wangi diatas pusaramu dan berdoa untukmu. Ya, walaupun kita sudah berbeda dunia, tapi kamu selalu ada disetiap langkahku. Kamu selalu hidup disetiap impianku. Kamu selalu nyata disetiap kebaikan yang ingin kutabur kepada mereka yang membutuhkan.

Terima kasih Don atas segala pelajaran hidup yang telah kamu bagi untukku. Terima kasih untuk menjadi seseorang yang nyata walaupun sekarang kamu tidak nyata lagi. Aku tahu, kamu sudah berbahagia disana. Bermain ceria dengan amalan baik yang sudah kamu lakukan selama ini. Aku akan selalu bercerita tentang segala hal indah yang sudah aku kerjakan nanti dalam setiap doaku untukmu.

Kamulah Malaikat kehidupanku.

-Bandara Ahmad Yani, Semarang. Perjalanan menuju Jakarta. 17 Juni 2011-

Untuk Sepupuku Alfa Ramadhan, Doni, yang selalu menjadi inspirasi dalam diamnya saat ini. Mbak Deny kangen kamu, Don. Oh iya, Mbak Azel dan Mas Agung nikah bulan depan. Kamu datang ya, mereka pasti senang.
Senyumnya adalah kehilangan besar untuk Kami,keluarga besar. Tapi kami yakin dia selalu tersenyum dalam setiap langkah kebaikan yang kami lakukan. Doni, kamu selalu ada di hati kami




Nanti,
Berpuluh tahun lagi, aku dan kamu tersenyum bahagia, mengantarkan anak-anak kita ke gerbang pernikahan
Berpuluh tahun lagi, aku dan kamu duduk di beranda rumah, melihat cucu kita bermain penuh canda
Berpuluh tahun lagi, Aku dan kamu selalu bergandeng tangan disetiap subuh pulang dari surau selepas sembahyang
Berpuluh tahun lagi, kita tak akan pernah lupa bagaimana cara mengungkapkan cinta, walaupun hanya dari tatapan mata
Berpuluh tahun lagi, meskipun kita sama – sama pikun, namun aku akan tetap merawatmu dengan tekun
Berpuluh tahun lagi, entah aku atau kamu yang memakai tongkat ataupun kursi roda untuk menopang tubuh yang menua, kita akan selalu melewati setapak bersama, bersisian penuh cinta
Berpuluh tahun lagi, entah aku atau kamu yang lebih dulu menghadapNya, aku tak akan pernah beranjak dari sampingmu,senantiasa menjagamu

Sekarang,
Saat ini, aku ingin bercakap denganmu, meretas kesah yang setia mengiringi hariku
Saat ini, aku butuh kamu hadir disetiap sholatku untuk sujud bersama, menjadi imamku
Saat ini, aku ingin kamu meminangku dihadapan Bapak dan Ibu
Saat ini, aku ingin melihat dan mendengarmu berjanji dihadapan Allah untuk menjadi penyempurna ibadahku
Saat ini, aku ikhlas melahirkan dan mendampingi anak – anak kita tumbuh besar dalam iman dan takwa

Apapun itu,
Sekarang sampai berpuluh tahun lagi, kita akan selalu melantunkan do’a untuk anak – anak tercinta
Sekarang sampai berpuluh tahun lagi, kita akan saling setia dibawah mihrabNya
Sekarang sampai berpuluh tahun lagi, kita akan senantiasa menjaga dalam cinta sampai Allah yang memisahkan kita

Teruntuk kamu,
Calon imamku, yang selalu tersebut disetiap taburan doaku
Calon penyempurna ibadahku yang selalu kupinta pada Allah agar setiap langkahmu terjaga dan dilindungi dari hal yang tidak terpuji
Calon jodohku, distasiun doa aku tidak pernah lelah menjemputmu
Calon suamiku, berdo’alah agar kita segera dipertemukan oleh cintaNya
Karena aku ingin renta bersamamu

-Jakarta, 5 April 2011-
Setting suasana : sendu galau membiru setelah nonton ayat – ayat cinta

Foto dipinjam dengan meng-iba pada seorang Teno gara - gara ngelihat avatar di Twitternya
Makasih ya No ^^


Senandung masa lalu
Yang tertambat pada rindumu

Nyanyian masa silam
Yang terpintal disudut malam

Dikaki pagi kau tertatih menenun mimpi
Di tirai senja aku menatap penuh makna

Ku tanggalkan ego untuk bergelantung di langit asamu,didalam hatimu,hanya pada kamu

-Mason Pine,3 Maret 2011-
Gambar dipinjam dari sini


Aku tanggalkan seluruh cahaya
Melesat menuju kekosongan
Memahat lembaran kitab tak bernada
Untuk kuserahkan pada kebekuan langit

Jiwaku terhadang sekatan senja
Pun oleh dinding yang bersetubuh bisu

Tuan, jentikkan larik jingga
Yang tertunduk rikuh diantara geliat lembayung rindu

Nyonya, ulurkan jemari keriputmu
Untuk mengkafani segenap dosa-dosa hitam tubuhku


-Jakarta,6 Juli 2009-

Gambar dipinjam diSini




Dalam hitungan jam, detik waktu akan bergulir menyeret langkah menit dan berdiri penuh senyuman, tegak berdiri didepan pintu 2011. Siap untuk mengetuk dan membuka harapan baru yang terbentang dihadapan. 2010 akan segera berlalu. Akan ada banyak kenangan yang telah tertoreh. Pahit, manis yang telah menyatu dalam cangkir pengalaman dan diaduk oleh sendok harapan. Meskipun telah menjadi sebuah museum, kita masih bisa sesekali untuk memasukinya. Mencari remahan cerita yang memang mungkin sengaja kita letakkan disudut waktu, tertata rapi di album kenangan yang pasti akan kita buka lembar demi lembar hanya sekedar ingin mengingat bahwa kita pernah disana. Berlari riang, tersuruk, mengisak tangis ataupun terbahak penuh tawa.  Apapun yang telah terjadi di 2010, mari berterimakasih pada waktu yang telah memberikan kesempatan kita untuk menyesap cinta,rindu,tangisan,cemburu,duka dan lara yang telah terikat dalam satu kata yaitu asa.

 Sudah ah basa basinya. Tujuan saya nulis kali ini ya ingin bikin album kenangan. Menjelajah kembali memakai mesin waktu. Meniti hari yang telah terlewat *koyok lirik lagu*. Saya pasti akan merindukan 2010 dengan segala  carut marut yang ada didalamnya. Yuk dimulai ^__^

Tentang kerjaan, 2010 adalah tahun tersibuk saya selama kerja di kantor ini. Sebabnya adalah  saya ditambahi lagi beban kerjaan dari beban kerjaan awal. Konsekuensinya hampir sebulan sekali pasti ada aja kerjaan keluar kota, keluar pula *berharap nanti keluar negeri*.  Positifnya, bos saya tuh orangnya gaul abis. Namanya Pak Rudy. Dia ngerti banget kalo anak rantau tuh bawaannya suka kangen rumah. Jadi kalo ada kerjaan ke Surabaya, pasti akan dilimpahkan ke saya dan waktunya pasti dikasih hari kamis. Tujuannya supaya saya bisa pulang ke Situbondo hari jumat paginya. Keren kan bos saya itu. Karena itulah, Selama 2010 kalo dihitung – hitung lebih dari 10 kali saya pulang kampung. Pak Rudy emang TOP deh. Ada lagi, Beliau tuh tau kalo saya nih hobinya travelling. Nah, saya juga selalu dapat limpahan kerjaan ke daerah2 yang banyak tempat wisatanya. Biasanya nih, kalo ada project, dia akan manggil saya dan ngasih list daerah yang akan dikunjungi. Saya disuruh milih dulu tempat yang mau saya kunjungi, nanti dia akan terima apa aja sisanya dan menyesuaikan dengan waktu yang saya pilih. Keren banget Deh!!. Tapi ada satu hal yang bikin saya nangis darah dipertengahan tahun yang berhubungan dengan kerjaan. Tapi untuk ini, saya tidak akan share disini. Cukup saya, bos dan Tuhan yang tahu ^^. Mudah – mudahan Januari 2010 yang tertunda ini akan segera terwujud. Semua yang trtunda pasti ada hikmahnya kok. Tuhan lebih tau apa yang kita butuhkan.

Beranjak ke Travelling. Ga banyak tempat yang saya datangi di 2010 ini. Ada beberapa tempat baru sih, itupun nyuri – nyuri waktu kerja didaerah. Yang paling seneng banget ya waktu kesampaian ke Danau Toba. Dulu saya mimpi banget bisa pergi kesini. Rasanya kok mustahil. Tapi karena ada adik kelas kuliah yang kerja dan ditempatkan di Siantar, saya akhirnya numpang nginep dan dia dengan senang hati mengantarkan saya untuk jalan – jalan ke Danau Toba *hanyak sampai Tomok aja* dan lanjut ke Balige. Lihatkan, semuanya memang selalu bermula dari mimpi. Alam akan selalu menuntun kita untuk menggapainya asal kita yakin kalo tangan Tuhan bekerja secara indah. Oh iya, selama 4 tahun di Jakarta, baru bulan Desember awal saya akhirnya tahu yang namanya Anyer. Ga terlalu bagus juga sih pantainya. Yang penting pernah kesanalah. Malah sampai nyasar ke pelabuhan merak.  Kenapa saya tidak terlalu ngoyo wisata duniawi di 2010 ini? Karena saya ingin wisata religi haiyyaahh

Beringsut ke masalah keluarga. Maksudnya antara saya dan keluarga yang lain. Secara saya kan belum nikah. Ada gebrakan hebat yang saya lakukan di awal tahun. Bulan Februari,setelah sekian tahun saya tunggu,akhirnya saya bisa pindah dari rumah tante ke rumah kos. Mau tau rasanya? Kayak abis boker. Legaaaa banget. Kayak ninggalin onggokan masalah gitu. Bukan maksud saya tinggal dirumah tante itu masalahnya banyak ya. tapi bagaimanapun baiknya Tante saya, yang namanya numpang kan tetep aja ga enak. Dengan bermain kucing – kucingan dan bohong di awal, akhirnya tante rela juga ngelepas saya. Mungkin sebenarnya dia juga bingung kali ya musti ngusir saya seperti apa. Untung saya segera sadar hihihi. 1 hal lagi yang berasa istimewa tahun ini. Menjelang puasa, hubungan saya dengan Ibu yang 4 tahun belakangan ini selalu bersitegang, akhirnya mendapatkan jalan keluarnya. Walaupun harus melewati episode drama Queen, tapi ga masalah kalo hasil akhirnya bikin semua pihak lega. Korban dari perseteruan saya dengan Ibu bukan hanya keluarga ini : Adik – adik dan bapak. Tapi areanya sudah meluas ke ranah Om yang di bekasi dan Tante yang diCempaka Putih. Tapi ya sudah lah ya. Semua juga sudah berlalu. Banyak pembelajaran yang bisa diambil dari kejadian ini. Bagaimanapun, kuncinya hanya satu : komunikasi 2 arah. Ibu dan anak perempuan memang rawan konflik. Apalagi saya yang tinggal jauh. Tapi dengan komunikasi 2 arah,menanggalkan ego masing – masing dan mau untuk bersikap dewasa, semua jadi bisa teratasi. Saya dan Ibu sekarang kembali seperti semula. Bisa curhat segala macamnya tanpa kuatir terlibat adu mulut lagi *berpelukaaaaannnnn* . Ternyata tahun ini ditutup berita gembira dari orang tua saya. Kabar yang saya juga ga boleh share saat ini. Nanti saja, 2011 saatnya. Sekali lagi, Tuhan selalu membuktikan janji. Selalu ada kemudahan setelah kesusahan. Kalo ga ada ujian, bagaimana kita bisa naik kelas. Tul ga?

 Nah ini dia nih bagian yang ditunggu – tunggu. Asmara *hallaahh*. Dengan gembira, saya umumkan, 2010 tetap lah tidak ada perubahan untuk asmara. Lelaki datang dan pergi silih berrganti tapi Jodoh belum keliatan batang hidungnya. Nyempil dimana do’I saya juga ga tau. Mungkin sedang keasikan main petak umpet. Saya sih selalu berprasangka baik ya sama Tuhan. Mungkin belum waktunya kami bertemu. Masih ada hal yang harus diselesaikan sebelum kami dipertemukan. Entah kami harus memperbaiki diri masing – masing atau kami harus menyelesaikan masalah – masalah duniawi sebelum dipersatukan. Do’a saya sih cuman gini “Tuhan,saya tau jodoh ada di tanganMu. Dan saya tau kalo saya harus berusaha mengambil lelaki itu dari tanganMu. Tapi tolong, jangan menggenggamnya terlalu kencang, supaya saya ga kesusahan juga ngambilnya. Saya kan juga jodoh bagi dia. Nah, jangan terlalu kencang juga megang saya. Nanti dia ga keliatan, trus nyari yang lain yang lebih gampang diambil” hahahaha ya,sesekali becanda ama Tuhan kan ga masalah. Wong Tuhan itu Maha Asyik kok. Saya selalu percaya dengan segala rencana Tuhan. Yang penting tetap berusaha dan berdo’a. kalo calon emang belum diperlihatkan depan mata, saatnya untuk lebih agresif mendekatkan diri padaNya.  Semangat!!

Gebrakan terdahsyat yang saya lakukan di 2010 adalah memutuskan berjilbab bulan Maret. Ga ada alasan khusus sih. Sudah waktunya untuk berucap syukur sama Tuhan lewat tindakan yang telah diserukan. Saya sudah cukup melakukan hal – hal duniawi yang ingin saya lakukan. Sekarang waktunya lebih mendekatkan diri padaNya. Saya dulu emang selalu berpendapat. Pengen menjilbabi hati dulu sebelum menjilbabi fisik. Tapi ternyata hati saya tidak kunjung pakai jilbab. Akhirnya setelah pakai jilbab secara fisik, Alhamdulillah hati pun ikut memakai jilbab. Ini hanya masalah pilihan. Mau atau tidak. Saya memilih untuk bergerak menuju perubahan. Ga usah nanggung – nanggung. Yang ekstrim sekalian. Supaya bisa keliatan hasilnya. Selain berjilbab, perubahan spektakuler lain yang saya lakukan adalah saya mantap untuk menjadi Vegetarian. Sudah 3 bulan terakhir saya benar – benar tidak mengkonsumsi daging, ayam dan susu sapi. Mulai mengurangi konsumsi telur dan ikan besar. Awalnya sih berat. Tapi karena saya benar – benar niat, selain untuk kesehatan juga untuk mengurangi global warming, akhirnya saya menjadi terbiasa.  Asyik juga rasanya.

Sejak saya aktif di twitter, saya mendapat banyak teman baru yang sama minatnya. Misalkan di komunitas kepenulisan atau saling mengomentari walaupun kami belum bertemu secara fisik. Sangat menyenangkan. Teman – teman lama juga selalu ada dalam setiap langkah saya. Mereka tidak akan terganti oleh apapun. Segala masalah ataupun tawa selalu membuat kami melangkah menuju kearah pendewasaan diri. Lebih baik putus cinta daripada putus pertemanan. Percaya sama saya ^__^.

Apalagi ya selain hal diatas yang belum saya tuliskan. Oh iya, saya juga belum kunjung lulus tes TOEFL untuk pengajuan beasiswa S2 di eropa. Niatnya masih setengah – setengah si 2010 ini. Masih timbul tenggelam. Jadinya hasilnya juga ga maksimal. Meskipun Novel yang saya idam – idamkan belum kunjung selesai juga nulisnya, tapi harapan nyata didunia kepenulisan mulai Nampak. Saya baru aja ikut kolaborasi project charity untuk korban wasior,mentawai dan Merapi. Membuat buku Kumpulan cerpen bareng banyak orang dimana nanti hasil penjualannya 100% akan disumbangkan. Nama project ini adalah Writers 4 Indonesia. Bukunya hanya dijual Online karena project ini diprakarsai oleh perusahaan self publishing satu – satunya di Indonesia. Jadi kalo ada teman – teman yang berminat untuk beli, silahkan kontak saya. Harganya Rp 50.000 sudah termasuk ongkos kirim. Selain nanti bisa baca cerpen saya, sekalian bisa beramal kan *numpang promosi di blog sendiri*. Oh iya, nama bukunya Be Strong Indonesia. Setelah project charity untuk korban bencana, tadi pagi juga saya baru submit sebuah cerpen untuk project charity yang lain, namanya Pelangi. Kalo yang ini, dananya nanti akan disumbangkan kepada panti asuhan anak – anak yang benar – benar membutuhkan donator. Nah, kalo saya dan beberapa teman, sedang menggagas sebuah gerakan, project charity juga sih. Juga bikin Kumpulan cerpen. Tapi kami lebih konsen untuk membantu anak – anak. Ada gagasan – gagasan yang brilliant. Masih dalam tahap awal. Masih embrio banget. Nanti akan saya tulis ditopik sendiri. Mudah – mudahan project ini juga lancar jaya, untuk anak – anak Indonesia, generasi bangsa ^^
 Tahun 2010 ini benar – benar tahun yang penuh berkah buat saya. Disamping limpahan airmata duka, siraman air mata suka juga ga berhenti – berhenti mengucur. Saya sampai kewalahan ngadepinnya. Rasanya tuh kayak naik RollerCoaster. Ajrut – ajrutan. Apapun yang sudah terlewati tahun ini, sujud syukur selalu saya haturkan. Ga ada alasan untuk berduka. Ga ada alasan untuk mengeluh. Tuhan tau cara menyeimbangkan hidup kita. Ga mungkin Dia akan selalu ngasih kebahagiaan. Sekali – sekali lah dikasih susah. Supaya ada variasi. Begitu juga sebaliknya. Apa yang sudah saya lakukan tahun ini adalah proses perubahan kearah yang lebih baik. Kalo ada komitmen untuk bergerak demi perubahan, saya rasa semua orang bisa dan mampu kok untuk meninggalkan hal – hal yang pahit. Menggantinya jadi manis. Matahari aja terus bergerak. Ga ada alasan juga buat kita untuk diam ditempat kan. Yang penting, hanya keinginan Mau untuk berubah. Itu aja

Kalo ditanya resolusi apa yang saya siapkan untuk 2011? Hmm, tahun 2010 saya lalui dengan banyak kejutan. Biarkan 2011 juga mengalir dengan penuh kejutan. Ada sih beberapa hal yang sudah saya tuliskan. Target yang harus tercapai. Tapi saya akan meraihnya dengan suka cita. Do’a dan harapan memang tak pernah letih saya panjatkan. Saya tetap akan mengerahkan segenap jiwa untuk menggapainya. Tapi saya juga akan selalu ingat, proses akan lebih penting daripada hasil akhir. Pengalaman adalah hal yang tak dapat terganti. Meletakkan harapan pada jalan Tuhan, mengiringinya dengan do’a dan usaha dan biarkan sisanya Tuhan yang urus. Ada banyak hal yang bukan menjadi urusan manusia. Jadi, buat apa kita susah payah mencampurinya *__^. Jangan malas untuk menabung mimpi. Karena suatu saat kita juga pasti akan menuai nikmatnya. Yang jelas sih harapan yang nyata dan do’a yang utama selalu saya panjatkan “Tuhan, 2011 turunkanlah restuMu untuk saya supaya bisa segera bertemu dengan jodoh yang telah Engkau tetapkan agar kami bisa menggenapkan ibadah dalam ranah pernikahan.” Yak betuuulll, sudah ngebet banget nih 2011 pengen nikah. Sudah butuh buat nimang anak. Amieeennn.

Apapun yang menjadi impian kita disetiap pergantian tahun, yang membedakan hanyalah keputusan – keputusan yang akan kita buat.

Sekarang saya sudah siap untuk pindah rumah. Dari nomer 2010, pindah ke nomer 2011. ga jauh2 kok. Masih bisa sesekali ditengok. Yuk, main – main kerumah baru saya. Sudah ada calon suami saya juga dirumah baru ini. Masih Nampak samar sih, tapi lama – lama juga akan segera jelas terlihat ^__^ . Beri salam dulu ya “Hai 2011, yuk saya temani. Mari kita berbagi mimpi dan harapan dirumah baru ini”
Pesan dari sponsor : Mari sayangi bumi ini. Kalo bukan buat kita, setidaknya buat generasi penerus kita. Mari mulai dari hal – hal yang kecil. Buang sampah pada tempat yang telah ditentukan, diet penggunaan plastik, menghemat sumber daya alam ataupun membuat sumur resapan di halaman rumah dan masih banyak hal lain yang bisa kita lakukan. Bumi kita semakin tua. Mari kita dampingi dia dengan perilaku yang ramah lingkungan ^__*

-Ambulu, 31 Desember 2010- Rumah Mbah yang Asri. Memetik buah dan sayur mayur tiap hari dari kebun sendiri. Asoooyy. Buah Rambutannya mengelantung ranum disemua pohon. kangkung, bayem dan aneka sayuran juga sedang lebat - lebatnya. Ayam sudah siap dipotong. Singkong siap dibakar. Nikmat mana lagi yang kita abaikan ^__^          


Senja itu kau dan aku berjalan tertatih menyusuri lorong hati. Gelap tak berujung, selayak cerita kita yang kau biarkan menggantung. Tangan kita saling bertaut, namun rasa tak pernah bergelayut. Selalu saja berdiri dipijakan ego. Membunuh rasa yang sebenarnya memang tak pernah hidup dengan normal mengikuti denyut,perlahan meredup.

Jikalau rindu yang kupunya adalah hujan, tak dapat dielak lagi bumi ini tenggelam karena rindu yang membanjir. Jikalau rinduku adalah batu bata, sebuah rumah indah mampu kubangun sebagai tempat keluarga kecil kita akan menata asa didalamnya. Namun nyatanya, dipunggung gerimis aku menghitung rindu. Mendekap ruang gelap yang penuh namamu. Acuhmu umpama pisau, berkelebat menebas nadi.tumpahkan darah rindu. Kau selayak kopi kental yang selalu kusesap saat pagi menjelang. Gelap, pekat. Kutaburkan sedikit rindu. Seperti itulah aku mencandumu.

Tak sia – sia aku menggantang asa. Cerita masa itu telah berlalu. Saat ini kau telah berdiri dihadapanku. Memberikan hadiah sepasang pelangi. Menatap mataku penuh arti. Mata yang berbicara penuh makna. Tak ada kata yang terucap, hanya kecupan di kening, itu sudah lebih dari cukup. Tidak perlu tangan yang bertaut. Biarkan rasa ini saling pagut. Hentikan sejenak detak waktu dan biarkan aku rebah dipelukan hangatmu. Serasa tak akan pernah cukup kata ungkapkan rasa yang membuncah. Kita tenggelam diilalang asa. Menatap senja yang melambai pada surya.

Tiba – tiba kau ajakku berlari. Berjingkat kecil layaknya makhluk mungil. Tertawa lepas, menggodaku seperti kita baru pertama jatuh cinta. Menyusuri tapak yang tak lagi berbatu. Merentangkan kedua tangan seolah ingin berkata pada angin “aku sudah menemukannya kembali,teman kecilku,gadis yang selalu kurindu.”  Lalu kita berkecipak dalam tawa, tanpa henti seolah tak pernah ada esok hari.

Banyak aksara yang ingin kurangkai. Banyak cerita yang ingin kubagi. Banyak tanya yang ingin kuberi. Tapi bagaimana aku bisa berkata – kata jika kau tetap mendekapku erat. Tanya tak perlu lagi. Bertahun bersama, baru tersadar bahwa kita saling igau disetiap letupan malam. Tak pernah letih berdoa akan kepastian Labuan hati

Dialtar inilah aku berdiri. Bersiap mengarungi suka dan duka. Ringan melangkah  bersamamu. Kita akan berlari dan sesekali terhenti. Kau tak pernah berjanji, namun hari ini telah terbukti. Kau persunting aku sebagai permaisuri hati yang tak akan terganti. Dan kau adalah pangeran hidupku yang akan selalu kuberi kasih putih nan sejati.

Tentang rindu – rindu yang kesepian, tentang kecemasan yang tak terucapkan, tentang cemburu yang tak berkesudahan akan kita bingkai dalam sebuah nama, Kesetiaan.

-Jakarta, 29 November 2010-

Gambar dipinjam dari getty images 


Dibibir senja rintihanku terenggut
Memandang abu langitmu
Temaram berbingkai rerepih rintih
Gerimis yang menetes lirih

Bulir hujan berarak turun
Menghujam tanah perawan
Merengkuh lipatan kenangan
Diambang kembara waktu

Aku terseok direnjana ragu
Terjerembab dalam kubangan pilu
Tertimbun gelegak kelu
Ngelangut rindu yang menderu

Wow, elok nian langit yang berbando pelangi
Tapi sayang sekali
Dirimu yang kucintai tak ada disini
Untuk kucium dan berbagi mimpi


-Jakarta,24 November 2010-

Gambar dipinjam dari yahooimage


Kadangkala dibutuhkan luruh untuk menjadi bentuk
Biasanya diperlukan lantak agar bisa mendengar detak
Tak jarang dipaksakan luluh supaya bersimpuh
Seringnya diciptakan kehilangan untuk bisa menemukan keikhlasan

-Nemu di buku coretan, lupa nyantumin kapan nulis ini-

gambar dipinjam dari bigfoto


Pagi ini aku terperangkap diujung hatimu

Tak kubiarkan resah menyergap
Selalu kubawa lentera mimpi
Dan secangkir asa
Menemani rindu yang kian membiru

Kukemas embun dalam botol gulana
Kulipat senja di amplop gelisah
Kukecup tengkuk hujan yang resah
Berharap jingga mengijinkanku
Untuk memelukmu dalam bisu

Sengaja kubunyikan lonceng kerinduan
Dibilik hati yang tersudut ngilu
Sebagai tanda agar kau tak tersesat
Ketika ingin kembali padaku
Ditiap patahan waktu

-Jakarta, 23 november 2010-

Gambar dipinjam dari bigfoto


Nyempet – nyempetin nulis nih, ditengah – tengah jadwal yang korat karit ga karuan, ga tau juga bisa di posting kapan karena keterbatasan akses internet di beberapa tempat yang saya kunjungi.


Sudah tidak terhitung berapa kali dalam setahun ini kalau saya lagi tugas diluar kantor, sering bersitegang tentang hal yang sepele ini *menurut saya*. Masalah Waktu. Mereka “menuduh” saya terlalu kaku kalo bikin janji. Sebaliknya saya “menghakimi” mereka karena terlalu menyepelekan perihal ngaret janjian karena menurut mereka ngaret itu adalah hal yang lumrah untuk orang Indonesia *Lah???* . Sering lho saya denger banyak orang kalo telat janjian dalihnya selalu “Biasalah Mbak, Orang Indonesia gitu lho”. Saya cuman bisa ngelus dada (orang lain) kalo mendengar pembelaan yang so stupid. Ya, saya adalah tipikal orang yang sangat On Time kalo janjian. Biasanya saya akan datang lebih awal dari waktu yang telah disepakati. Saya tidak suka kalau saya bikin orang lain menunggu. Saya lebih tidak hobi lagi kalo musti menunggu orang lain ..hihihi..

Saya lupa kapan awalnya saya terbiasa untuk selalu tepat waktu. Sejak SD mungkin ya. Soalnya kalo TK ya saya sudah ndak ingat. Selain itu, janjiannya sama sopo, wong masih suka kencing dicelana pas lagi sekolah *membuka aib sendiri*.

Dan saya yakin ini bukan hasil doktrin dari orang tua. Sudah gen kali ya. Atau sebenarnya waktu orang tua ngajarin untuk menghargai waktu, saya belum cukup sadar untuk mengerti betapa pentingnya sehingga saya simpan di alam bawah sadar dan munculnya pas saya sudah cukup waktu untuk mempraktekannya.

Waktu SMP, saya sering marah – marah kalo ekskul dimulai tidak tepat waktu. Membuat mood saya langsung jumpalitan di level paling bawah lalu mengikuti dengan setengah hati. Begitu sampai rumah, mengadu ke Ibu dan beliau hanya tersenyum “itu sudah biasa” ujarnya. Saya tidak suka Ibu bilang begitu. Merasa saya tidak dihargai karena sudah datang tepat waktu tapi yang lainnya seenak hati datang telat.

Menginjak SMA, masalah semakin kompleks karena saya berteman dengan abg yang makin beragam. Saya ingat betul masanya cinta monyet, sepulang sekolah do’i bilang akan menjemput saya setelah maghrib untuk nonton di Balai Pemuda, Surabaya. Saya nanya ama dia “Jam berapa?,” dia jawab “Abis maghrib,” saya nanya lagi “Iya, pastinya itu jam berapa. Abis maghrib itu kan panjang. Subuh juga abis maghrib,” dia agak kesal menjawab dengan nada tinggi “Subuh itu abis Isya’ bukan abis maghrib. Udah tungguin aja di kos.” Duh, nyebelin banget ga sih. Janjian tapi ga nyebutin jam pastinya. Maksud saya kan gini, dia kan harusnya sudah punya planning mau nonton yang jam berapa, pelemnya apa, jadi udah tau akan menjemput saya jam berapa, lama perjalanan berapa lama, jadi ga sampai telat nontonnya. Kan ga mungkin juga saya pulang malam. Anak sekolah gitu lho *Cuiiihh, padahal dulu sering pulang pagi* . Saya akhirnya mengasumsikan setelah maghrib itu ya sekitar jam setengah 7. jam 6:15 saya sudah siap nungguin. Setengah jam lewat, kok motornya belum nongol, saya udah mulai kesel. Waktu itu kan belum jamannya hengpon. Yang ada hanya pager dimana saya ga punya. Walhasil dia datangnya jam 7:15 (dan saya sudah nunggu hampir 1 jam), tanpa permintaan maaf dan muka tak berdosa langsung berangkat. Sesampainya ditempat, 15 menit kemudian, saya nanya “Film nya mulai jam berapa?” “Jam 7,” jawabnya “gampang, kita bisa ngeliat film yang lain”. Percaya tidak percaya, saya tidak melanjutkan hubungan kami karena dia sering banget ngaret dan suka ngegampangin banyak hal juga ga punya rencana yang matang kalo mau melakukan segala sesuatunya. Bukan tipikal lelaki idaman saya *Haiss belagu banget yak”

Waktu kuliah makin banyak kejadian lucu sekaligus miris kalo diingat. Saya punya temen kuliah, sebut saja Ika, *psstt, nama samaran, mudah - mudahan :D* yang sering banget (kalau boleh bahkan bisa disebut Hobi) nelat. Tapi anehnya, dia selalu terselamatkan oleh telatnya itu. Misalkan nih ya, pas lagi Ujian Regresi (Pak Hartono), kami sudah nungguin di Taman Sigma, tapi Pak Hartono belum datang. Trus salah satu temen saya nyelutuk “Lho, Ika juga belum kelihatan, pasti ujiannya ga jadi nih”. Saking terkenalnya Ika telat sampai teman – teman saya sudah hapal kejadian berikutnya. Ga lama kemudian ada pengumuman kalo ujiannya Pak Hartono diundur dan Ika dengan muka santainya baru sampai dikampus sambil senyam senyum ga jelas. Duh, geregetan saya. Walaupun saya berteman dekat dengan Ika (sering numpang nginep dan numpang makan karena masakan ibunya enak sekaligus mengurangi pengeluaran makan. Maklum nasib anak kos) beberapa kali saya nyumpahin Ika dalam hati “Mandaro ujiane on time. Cek kapok Ika” wkwkwkwk, ojok nesu yo Ka lek moco iki. Tapi entah kenapa jampi – jampi saya tidak pernah mampu menembus kesaktiannya dalam dunia per-telat-an. Memang tak tertandingi. Selalu saja keberuntungan menyertainya.

Ada satu lagi temen saya yang punya jiwa telat kronis dan akut. Nama samarannya Lia (ini juga samaran lho ya). Dia ini nih, kalo janjian suka banget nelaaaaatttt !! Dan herannya kalo ditelepon, nanya dia udah sampai mana dan kira – kira nyampai berapa menit lagi selalu bilangnya “udah deket kok, bentar lagi nyampe”. Kalo saya tegasin nanyanya “bentar laginya itu berapa menit, ato jam lagi. 10 menit?” dia pasti akan jawab “bentar kok”. Untunglah sekarang sudah makin membaik. Makin tepat waktu. Faktor usia kali ya hehehe. Tapi tetep ya saya sering heran dengan orang yang seperti ini nih (teman saya banyak yang gini), kenapa susah banget ya ngasih perkiraan waktu dengan angka yang jelas. Walaupun perkiraan dimana artinya bisa tepat, kurang atau lebih setidaknya kita bisa ngasih angka pastinya.

Nah, Ketika saya kerja di kantor ini, saya mendapatkan julukan Miss On Time. Awalnya mereka kesel banget sama saya yang menurut mereka suka rese’ dalam masalah waktu. Entah kenapa, sekarang mereka ikut – ikutan On Time juga kalo ada janjian apapun. Kalo saya bikin acara dan kirim email ke semua orang, akan selalu ada yang otomatis bertindak sebagai reminder “Ingat, tepat waktu loh yaaa. Nanti dibantai sama Ibu Deny kalo ada yang nelat” hahaha, suka geli sendiri. Tapi ada satu yang tidak berubah. Boss besar saya. Ya iya, secara dia yang punya kuasa. Kami sering dibikin kelimpungan kalo dia sudah bertitah “Stand by. Be here ‘till I call you” dan seringkali hasilnya, meetingnya dibatalkan padahal kami sudah nangkring sampe kering.

Nah, seperti yang saya ceritakan di awal, Sejak January 2010 sampai saat ini saya sering tugas luar kota, berhubungan dengan pihak ketiga (Research Agency) dan masyarakat setempat. Awalnya Agency saya ini juga hobi ngaret banget. Ketika saya buat Email Evaluasi, saya menekankan kalo saya sangat tidak suka meeting sampe ngaret. Mereka akhirnya kirim email sampai ke daerah, kalo ada briefing atau saya datang ke daerah untuk witness, jangan sampai datang telat. Sampai sekarang pun kalau saya akan evaluasi ke daerah, surat peringatan itu akan selalu tetap dikirim. Berita ini saya dapatkan hasil bocoran dari supervisor Surabaya  . Tapi tetep saja ya, ini masalah kebiasaan dan tingkat disiplin, telat masih membudidaya walaupun mulut saya sampai tumbuh jamur ngasih tau.

Kalau Anda berpikir saya adalah orang yang saklek (baca:kaku) dan ga pernah telat, Anda salah besar. Saya pastinya pernah telat. Tapi saya punya siasat untuk mengakalinya. Contoh kasus 1: kalo saya janjian akan bertemu dengan seseorang jam 1 siang, tapi paginya hawa mendukung untuk tidur berlama – lama dan saya sudah memperkirakan akan telat, saya akan memberitahu orang tersebut waktu pagi hari.jadi ga dadakan. Bilang saya akan telat, misalkan 1 jam. Kalo memang acaranya tidak memungkinkan saya untuk telat, ya apa boleh buat. Saya tidak ada`alasan untuk datang telat. Contoh kasus 2: hari ini ada`janjian meeting dengan Agency jam 9 Pagi. Jam 7 saya sudah berangkat naik taksi, karena kantor Agency nya rawan macet. Ternyata ditengah jalan, macet atau ban Taksinya bocor, hal pertama yang akan saya lakukan adalah memberi tahu fakta ke Agency kalau saya akan datang telat dan meeting minta diundur 1 jam. Jadi, dengan komunikasi 2 arah untuk saling memberi tahu keberadaan masing – masing, tidak membuat kecewa salah satu pihak yang dibuat menunggu. Saya juga ga masalah menunggu kalo misalkan alasannya rasional dan memberitahu tidak mendadak.

Satu hal yang selama ini saya tidak pernah lakukan adalah mengada – ngada kan alasan. Misalnya nih yang sering kejadian : ketika saya janjian dengan teman dan dia belum muncul juga 30 menit lebih dari waktu yang disepakati, saya pasti akan menelepon/sms nanyain dia sudah ada dimana. Kalo jawabannya “masih dijalan, udah deket kok” seringkali akan saya jawab “masih dijalan rumah loe ya maksudnya dan udah deket ke halaman untuk keluar baru jalan kah?”. Kenapa saya suka nyolot kalo jawabannya begini. Karena dia tidak menyebutkan dekatnya itu pastinya dimana dan bentar lagi itu waktu pastinya kapan. Atau untuk kasus yang lainnya “Gue udah di jalan A nih. Palingan 10 menit lagi nyampe” kenyataannya dia baru nyampe 30 menit kemudian. Dimana saya tau bahwa Jalan A menuju tempat janjian itu bukan jalan macet dan normalnya emang Cuma butuh 10 menit jarak tempuh. Tetapi adaaaa aja alasan yang suka dibuat – buat. Kalo misalkan mengakui kalo emang dia telat kan ga masalah tho. It didn’t make a difference.

Nah, setelah saya analisa, Telat buat kebanyakan orang bukan hanya masalah kedisiplinan dan kebiasaan saja. Tetapi lebih karena mereka jarang melakukan sesuatunya berdasarkan data dilapangan. Kalau mereka terbiasa mencatat atau mengingat jarak antara satu tempat ke tempat lain itu berapa lama, ditambah macet, ditambah waktu tambahan untuk hal – hal yang tidak diinginkan, saya jamin, tidak akan pernah ada orang yang telat. Beberapa tahun kebelakang saya sudah dalam taraf putus asa. Saya berpikir kalo ternyata saya ga cocok untuk tinggal di Indonesia yang sudah terbiasa menyebut kalo Telat adalah identitas bangsa. Saya bukan orang yang seperti itu. Kalo saya janjian dengan Ekspatriat, mereka ga pernah tuh telat. Datang lebih awal malahan seringnya. Trus kalo jalan kaki, mereka terbiasa cepet, tidak seperti kita yang nyantai.

Oh iya, satu lagi, dengan saya yang terbiasa disiplin dalam masalah waktu, saya tidak pernah tertinggal naik pesawat selama ini. Bukannya saya nyombong lho tapi lebih karena biasanya maksimal 1 jam sebelum waktu boarding saya sudah duduk manis diruang tunggu. Ada teman saya yang mengeluh, dia pernah ketinggalan pesawat padahal waktu berangkatnya masih 30 menit lagi. Nah, hal – hal seperti inilah yang seringnya luput kita prediksi karena kita tidak terbiasa membaca peraturan yang berbeda untuk masing – masing maskapai. Biasanya mereka menerapkan 45 menit sebelum boarding Check in akan ditutup.

Jadi, marilah kita menjadi pribadi yang menyenangkan untuk diri sendiri ataupun orang lain dimulai dari tidak datang telat kalau sudah janjian dengan orang lain. Bayangkan saja betapa tidak enaknya menunggu dalam waktu yang lama. Jadi jangan buat orang juga tidak nyaman dengan menunggu Anda yang datang telat. Terbiasalah mencatat atau mengingat waktu tempuh yang diperlukan untuk sampai di tempat yang disepakati agar kita terbiasa untuk menjadi orang yang menghargai waktu. Kalau Anda adalah orang yang tidak punya masalah jika Anda Telat, ya selamat bergelut dengan kebiasaan yang seperti itu asalkan tidak merugikan orang lain.

Mari kita mulai hidup yang lebih bijak dimulai dengan kebiasaan positif dari diri sendiri agar kita bisa menularkan hal yang positif juga untuk orang lain supaya hidup ini bisa kita jalani secara sederhana. Being sexy Everyone!!


-Medan, 28 Oktober 2010-









Malam meranum
Pagut sepi
Hunus sunyi
Bulan tanggalkan cahaya
Bintang telanjang dalam bisu

Resah akan sentuhan kasihMu membuatku menggelinjang dalam gelisah
Kutatap kanvas kehidupan yang berbingkai damai
Berharap hasrat tuk slalu agungkan namaMu tak akan pernah lekang

Satu yang terserak dalam indahnya imaji
Rengkuh kami dengan serpihan cintaMu
Pada setiap jiwa nelangsa
Yang menyeruak dipekat rimba kegetiran
Agar jelaga malam tak kuasa bersemayam
Dalam rintihan nestapa
Diilalang kegalauan


gambar dipinjam dari http://www.gettyimages.com/detail/96503859/De-Agostini-Picture-Library



Disudut ini aku memandangmu
Menelisik setiap lekuk indah wajah itu
Ikut tersenyum ketika mulut mungilmu bertutur lembut tentang sebuah cerita
Mencumbu kecipak tawamu
Mencoba menyelami kedalaman hatimu
Mungkin tak akan pernah sampai
Mungkin tak akan pernah terukur
Akupun tak pernah memaksamu untuk menggenggam langkahku

Disudut ini aku memandangmu

Tak terlalu memuja wujud nyatamu
Tak bisa berpaling dari jerat indah cara bernalarmu

Disudut ini aku memandangmu

Menawarkan tapak melangkah bersama
Menggapai mimpi menjadi nyata
Merengkuh asa ciptakan rasa

Disudut ini aku berdiri memandangmu

Menunggu kau membuka pintu untukku
Berharap kau ulurkan kedua tanganmu


Disudut hatimu aku memandang

Mencoba mengukir cerita indah dalam hidupmu
Saat ini dan nanti
Jika telah tiba saatnya

-Jakarta, 2 Agustus 2010 01:30 AM ga bisa tidur-


dedicated to my friend. I rejoiced with the feeling that you feel at this moment. You are really a lucky guy. Be careful with your steps coz Love is an escape of two people who don't know how to be alone ^__^ . I pray for both of you. Hopefully, this journey can be end with a happy beginning.


gambar dipinjam dari getty images 


Saya berdiri disini, mematung dalam keheningan
Saya coba memagut sepi
Tapi, menggapainya pun saya tak sanggup
Mata saya menekuri bumi
Mencoba menelisik apa yang masih tersisa disana
Bongkahan – bongkahan kecil hati yang sudah carut marut bentuknya
Kening saya berkerut, berpikir keras bagaimana saya bisa menyatukannya kembali
Beberapa saat terpekur, saya tak mendapatkan jawaban
Maka, saya memutuskan untuk memungut satu persatu
Saya berlutut, mengulurkan tangan berusaha untuk meraih

Tiba – tiba ada suara berdecit, saya memalingkan pandangan kearah suara itu dan ternyata adalah suara pintu dibuka
Kamu sudah berdiri tegak disana, berbalut dingin
Mata kita saling menatap dengan penuh tanya
Hey, saya tak melihat ada pintu sebelumnya
Kenapa kamu bisa menemukan dan melewatinya? Bagaimana caranya?
Mata saya tak beranjak sedikitpun dari matamu, mencoba mencari jawaban
Kamu tak menjawab
Kamu berjalan mendekat dan berdiri beberapa jengkal dari tempat saya berlutut
Apa yang kamu lakukan disini, matamu bertanya
Saya sedang berusaha memungut yang tercecer, mungkin bisa memperbaiki keadaan saya saat ini, mata saya mencoba menjelaskan
Saya alihkan pandangan kearah bongkahan – bongkahan tak berbentuk
Tangan kamu mencekal kasar lengan saya dan memaksa saya untuk berdiri
Saya tersentak, tak menyangka kamu akan sekasar itu
Ketika mata kita sejajar, saya baru sadar bahwa ada gusar disana
Untuk apa kamu mengais kembali yang sudah tercecer. Lihat dan pandangi dengan cermat, Apakah kamu akan selalu seperti ini? Melewatkan hari ini hanya untuk sesuatu dari hari kemarin? LIHAT!!! kamu berteriak dan memegang dengan kuat dagu saya dan memalingkan wajah saya kearah ceceran itu

Mata saya mulai memanas dan perlahan basah
Saya tidak bermaksud kasar. Saya hanya ingin kamu tegar dan melihat sekelilingmu. Bongkahan itu berbingkai air mata dan sampai kapanpun kamu tak akan bisa menyatukannya, nada bicaramu mulai lembut
Tapi saya harus melekatkan mereka dan meletakkan kembali pada tempatnya. Saya tidak ingin kamu mendapatkan serpihan – serpihan yang tersisa, saya mencoba menjelaskan dengan mulut bergetar menahan tangis
Saya tidak pernah meminta kamu untuk memberikan pada saya dalam keadaan utuh ataupun serpihannya. Saya hanya mohon kamu jangan hilangkan lagi pintu yang dengan susah payah saya temukan. Beberapa kali kamu dengan sengaja mencoba menghilangkannya, kamu lekat memandangi wajah saya.
Saya tertunduk dengan mata membentuk anak sungai. Saya mendesah pelan. Bagaimana saya menjelaskan ini semua? Saya belum siap. Ya, saya sengaja menghilangkan pintu itu. Saya tidak ingin kamu menemukan saya dalam keadaan terpuruk.
Kamu memegang kedua tangan saya dan merengkuhnya, tatapan matamu teduh
Mari kita pergi dari sini. Jangan berlalu lagi dari sisi saya. Kamu tidak harus meyakinkan apapun pada saya. Biarkan kita melewati ini semua bersama – sama, mungkin itu akan terasa lebih nyaman. Jangan panggul sendiri beban yang terlalu berat. Biarkan saya melakukannya untuk kamu. Saya tidak akan memberikan janji apa – apa. Saya hanya bisa mengatakan, kapanpun kamu membutuhkan, saya selalu ada. Kamu adalah keindahan, itu yang terpenting. Walaupun waktu akan memudarkannya, saya tetap disisimu. Kita akan selalu berjalan beriringan sampai malaikat maut menjemput salah satu dari kita
Lama mata saya menatap tajam matamu, mencoba mencari kebohongan
Sia – sia, saya tak dapat menemukannya. Saya justru mendapatkan binar kebahagiaan disana.
Saya tidak mengeluarkan sepatah katapun
Saya hanya menggenggam erat tanganmu dan memutar badan saya agar bisa berada disisimu
Maukah kamu menjadi yang pertama untuk Saya? Kamu bertanya
Saya tetap tidak bersuara, tapi saya mulai mengayunkan langkah. Mudah – mudahan ini lebih dari sekedar jawaban
Kamu memeluk saya dari samping seraya mengecup kepala saya dan berucap Terima Kasih
Kitapun berjalan beriringan saling menautkan jemari menuju pintu yang terbuka didepan
sana
Saya percaya kamu, ujar saya dalam hati.
Sayapun tersenyum