Malam meranum
Pagut sepi
Hunus sunyi
Bulan tanggalkan cahaya
Bintang telanjang dalam bisu
Resah akan sentuhan kasihMu membuatku menggelinjang dalam gelisah
Kutatap kanvas kehidupan yang berbingkai damai
Berharap hasrat tuk slalu agungkan namaMu tak akan pernah lekang
Satu yang terserak dalam indahnya imaji
Rengkuh kami dengan serpihan cintaMu
Pada setiap jiwa nelangsa
Yang menyeruak dipekat rimba kegetiran
Agar jelaga malam tak kuasa bersemayam
Dalam rintihan nestapa
Diilalang kegalauan
gambar dipinjam dari http://www.gettyimages.com/detail/96503859/De-Agostini-Picture-Library
Pagut sepi
Hunus sunyi
Bulan tanggalkan cahaya
Bintang telanjang dalam bisu
Resah akan sentuhan kasihMu membuatku menggelinjang dalam gelisah
Kutatap kanvas kehidupan yang berbingkai damai
Berharap hasrat tuk slalu agungkan namaMu tak akan pernah lekang
Satu yang terserak dalam indahnya imaji
Rengkuh kami dengan serpihan cintaMu
Pada setiap jiwa nelangsa
Yang menyeruak dipekat rimba kegetiran
Agar jelaga malam tak kuasa bersemayam
Dalam rintihan nestapa
Diilalang kegalauan
gambar dipinjam dari http://www.gettyimages.com/detail/96503859/De-Agostini-Picture-Library
3 komentar:
Anonymous said...
den..yang kuingat adalah, kamu suka dengan kata 'menggelinjang'.. :)di beberapa puisi lain, ada menggelinjang juga.. :D
Deny Lestiyorini said...
ga ngerti kenapa ya kata2 itu suka melintas kalo aku mulai nulis...bawaan vulgar mungkin :D
Anonymous said...
hihihi, podo ka...
begitu aku moco ada kata 'menggelinjang', tertawalah aku. iku 'dendong' bangeeeetttt.... hihihihi
-leli, si manis dari cikarang-