Tatkala mentari beranjak menyibak embun pagi
Geliat rindu kembali menyergap gairah masa silam
Sukma bergetar lirih
Rasanya ada yang menusuk
Laksana sembilu menghujam urat nadi

Hey, tidak kah kau rasakan sesuatu
Dengan seenak jidat kau tanggalkan senyum indahmu
Terlepas dan teronggok selalu dalam ingatan
Tidak kah kau kehilangan cinta yang dengan sengaja kau titipkan dalam hatiku
Tolonglah ajari aku
Untuk enyahkan rasa yang menyelinap perlahan diantara reruntuhan sunyi hariku
Kalau saja bisa, ingin sekali kubanting sepi


Sebaiknya kau segera beranjak pergi
Tak sanggup aku menahan pilu yang membentur tiang-tiang kebekuan malam
Cepatlah berlalu dari imajinasi liarku
Kau selalu menari-nari mempermainkan benteng egoku
Bagaimana aku bisa membencimu
Jika setiap sudut ragaku selalu berharap akan binar indah matamu
Jangan siksa aku dengan kecipak tawa
Karna senandung merdumu ditiap detak waktu telah mematikan rasaku


Jika kau ada sedikit waktu
Jangan lupa hapuskan perih yang tertoreh
Agar aku tak bersusah payah
Membakar dan mengubur lembaran binal kenangan
Kasihmu telah tumpulkan setiap sendi hidupku


Kau mengerti kan?

-Jakarta, 14 Oktober 2009- 

gambar dipinjam dari getty images


This entry was posted on 3:39 PM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: