"May your coming year be filled with magic and dreams and good madness. I hope you read some fine books and kiss someone who thinks you're wonderful, and don't forget to make some art -- write or draw or build or sing or live as only you can. And I hope, somewhere in the next year, you surprise yourself " Neil Gaiman

Dan saya mengucapkan Amien yang tulus


Pagi ini saya bangun dengan perasaan tak menentu. Senang, sedih dan terharu. Allah sangat berbaik hati memberikan saya amanah yang luar biasa indah. Kaki waktu telah menemani saya sampai di gerbang ke tiga puluh. Takjub karena akhirnya saya sampai juga di wacana umur ini.

Tidak perlu lagi untuk dirayakan. Saya hanya ingin merayakan dengan penyerahan seutuhnya, setulusnya kepada Yang Maha Pencipta. Saya tidak ingin hanya sekedar janji, tapi saya akan memberikan aksi yang berarti, bukan untuk saya tapi untuk mereka yang sebenarnya telah memberi arti dalam pencarian perjalanan ini. Mereka yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk berbagi dan mendampingi.

Ada banyak perenungan yang selalu berkecamuk di benak saya. Mungkin juga perenungan kita semua.

Kalau saya tanpa perhitungan mampu untuk jalan – jalan keluar negeri, lalu mengapa saya penuh perhitungan untuk jalan – jalan di setapak Allah, memberikan harta kepada mereka yang kurang mampu, yang sebenarnya adalah hak mereka juga.

Kalau saya selalu congkak dengan kepintaran yang saya punya,yang sebenarnya tak ada secuil dari yang Allah punya, lalu mengapa saya selalu malas berbagi pada mereka yang punya hasrat menuntut ilmu tapi tak mampu karena biaya.

Kalau saya pernah iri dengan mereka yang mempunyai materi berlebih, harusnya saya lebih iri kepada mereka yang mendedikasikan waktu dan tenaganya untuk membantu sesama yang berkekurangan.

Kalau saya bisa memberi perhatian lebih kepada mereka yang baru saya kenal hanya untuk sekedar menarik perhatian, lalu mengapa saya selalu berpikir panjang untuk memberi perhatian kepada keluarga dekat padahal mereka selalu memberi perhatian kepada saya setiap waktu tanpa diminta.

Kalau saya mempunyai waktu berlebih untuk berbicara banyak hal yang tidak penting dengan beberapa teman, lalu mengapa saya selalu merasa hanya punya sedikit waktu untuk berbicara semua hal yang penting dengan Yang Maha Kuasa.

Kalau saya mampu menunjukkan kepada setiap orang betapa enaknya makanan yang sudah saya masak hari ini, lalu mengapa saya tidak mampu menunjukkan kepada setiap orang tentang berapa banyak orang kelaparan telah saya jamu dengan kelezatan hasil masakan saya.

Kalau saya selalu berbangga dengan kesejahteraan yang telah dimiliki anak – anak saya (nantinya), lalu mengapa saya harus berpikir berulang kali untuk berbagi dan memberi kebanggaan yang sama kepada anak – anak yang tidak memiliki apa – apa diluar sana.

Kalau saya sudah merasa nyaman dengan rumah yang mampu memberikan kehangatan setiap waktu, lalu mengapa saya harus merasa tidak nyaman ketika harus berbagi kasih untuk memberikan kehangatan kepada mereka yang beristirahat di gerobak sampah, teras toko, kolong jembatan dan semua tempat yang tidak layak huni.

Kalau saya selalu mengeluh tentang sibuknya saya dengan pekerjaan yang dijalani sekarang, lalu pernahkah saya berpikir bahwa ada banyak orang yang sedang sibuk untuk mencari pekerjaan yang layak untuk dijalani.

Kalau saya penuh perhitungan memberikan kebahagiaan kepada orang tua, lalu pernahkah saya berpikir bahwa orang tua tidak pernah ada hitungan apapun untuk memberikan kebahagiaan kepada anak – anaknya sampai mereka tiada.

Kalau saya selalu berbagi cerita tentang prestasi dengan harapan untuk dipuji, lalu apakah saya mampu mengukir prestasi di jalanNya tanpa mengharapkan pujian dari Illahi, tulus tanpa berharap kata sanjungan dan kekaguman dari manusia.

Kalau saya seringkali merasa kesulitan untuk memaafkan mereka yang (pernah) berbuat salah kepada saya, lalu pernahkah saya berpikir bahwa Allah tidak pernah kesulitan untuk memaafkan setiap saya melakukan kesalahan. Lalu apa hak saya untuk tidak bisa memaafkan.

Kalau saya selalu berlomba untuk mengumpulkan bekal kehidupan di dunia, lalu kapan saya akan berlomba untuk mengumpulkan bekal menghadapNya.

Kalau saya berpikir hidup ini untuk apa, lalu sanggupkah saya menjawab pertanyaan tentang untuk apa saya hidup.

Dan akan banyak lagi pertanyaan yang entah bagaimana cara saya untuk menjawabnya.

Mari lupakan bagaimana cara menjawab pertanyaan – pertanyaan itu. Saya hanya ingin berbuat nyata agar tanya yang selama ini bergelantungan dikepala dapat menjawab sendiri gelisah yang ada.

Tidak penting bagaimana orang menilai saya, yang terpenting adalah bagaimana saya tidak berhak menilai orang dari tempat saya.

Tidak penting untuk sibuk membuat orang terinspirasi karena saya, yang terpenting adalah bahwa mereka selalu menginspirasi saya

Tidak penting mengharapkan pujian manusia atas apa yang telah saya lakukan, yang terpenting adalah bagaimana saya mau dengan tulus memuji atas kebaikan yang telah mereka lakukan.

Tidak penting selalu mencaci, yang terpenting adalah bagaimana memberi aksi, bukan hanya janji

Tidak penting apakah saya mampu memberikan kebahagiaan, yang terpenting adalah apakah dengan kebahagiaan saya mampu untuk memberi

Saya hanya ingin melakukan yang terbaik di jalanNya dan biarkan Allah meneruskan yang menjadi bagianNya.

Begitu juga dengan doa – doa yang selalu saya taburkan karena saya tidak pernah meragukan janji Allah yang lebih tahu semua yang terbaik untuk perjalanan yang tak pernah terhenti agar selalu dapat bersanding dengan kasihNya.

Terima kasih untuk doa - doa tulus (dalam hati, telepati bahkan yang basa basi pun) yang selalu mengiringi langkah saya. Terima kasih untuk mereka yang tak pernah mencaci dengan beda yang ada. Terima kasih untuk segala sesuatu, kebaikan ataupun ketidakbaikan, yang tak bisa dibalas hanya dengan ucapan terima kasih. Terima kasih untuk segala warna hidup yang sudah tertoreh dalam perjalanan kita, saya dan kamu, saya dan mereka, saya dan saya, saya dan Dia.

-Jakarta,29 Maret 2011-
*Ya, saya menulis ditengah jam kerja yang tidak efektif hari ini karena pemadaman listrik. Daripada makan gaji buta, mending dibuat nulis kan :D*


Gambar dipinjam dari Sini



Senandung masa lalu
Yang tertambat pada rindumu

Nyanyian masa silam
Yang terpintal disudut malam

Dikaki pagi kau tertatih menenun mimpi
Di tirai senja aku menatap penuh makna

Ku tanggalkan ego untuk bergelantung di langit asamu,didalam hatimu,hanya pada kamu

-Mason Pine,3 Maret 2011-
Gambar dipinjam dari sini