Ngger, Bapakmu sedang menanak pasir merebus batu diperiuk yang sudah berkarat itu. Bernyanyilah walaupun perutmu terlebih dulu telah bersenandung merdu. Tipu saja dengan segelas air bening. Jangan pernah mengemis. Meskipun berkalang miskin, kita harus tetap punya harga yang tinggi, jangan mudah dibeli apalagi menjual diri
Ngger, Mbokmu mengadu asa di negeri tetangga ketika rupiah tak lagi ramah dan para penguasa semakin serakah. Mbokmu meregang nyawa dipenghujung usia mempertahankan martabat keluarga yang tak lagi dipandang berharga oleh Negara, bahkan menjadi daya jual sebuah kotak berwarna yang menayangkan foto yang tak lagi bernyawa hanya untuk mengejar sebuah kata : Juara.
Ngger, bersyukurlah karena masih punya si Mbah. Banyak seusiamu yang berpisah dengan keluarga karena bencana. Mereka tak lagi ceria tertutup oleh warta dari Penyair yang mengumbar janji dan puisi yang kosong dengan hati sombong. Walaupun tak semua, tapi ironisnya mereka inilah yang bertingkah parah. Memberi bantuan yang tak seberapa tapi berharap diliput untuk menaikkan citra.
Sini Ngger, biar si Mbah dongengkan suatu cerita tentang negeri antah berantah. Negeri Elok nan Indah tapi dihuni oleh Rakyat yang terjajah oleh moral para Penguasanya yang rusak parah. Pemimpinnya hanya berkutat pada citra dan pembantunya berpikir seputar perut dan tak lagi peduli suasana yang carut marut Bahkan larut dalam lawatan tak berujung. Apalagi yang bisa diharapkan dari Negeri itu Ngger. Bahkan untuk berteriak pun sudah tak punyai ruang. Rakyatnya dipaksa memberi makna tapi tak punya kuasa untuk menyeka peluh dan melepas lelah. Apa yang yang mereka tunggu, rindu dan galau bergulung jadi satu tapi tak pernah berjumpa titik temu.
Ah sudahlah Ngger, lihat Bapakmu telah selesai menanak. Mari kita makan batu dan pasir ini walaupun tak bergizi. Ingatlah jika kelak kau menjadi pembesar, janganlah menulikan telinga dan membutakan mata. Berjalanlah sesekali melihat kebawah agar tak terjungkal oleh kerikil yang terjal. Jangan mencuri apalagi serakah. Berbagilah pada mereka yang telah membuatmu besar, Rakyat yang kau beri janji ketika kau ingin dipilih. Berpekertilah yang baik agar kau tak membuat pelik dengan selalu menabur debur dilautan yang tak lagi bersenja karena telah dijarah kesah.
Jika kau belum kenyang, tidurlah Ngger. Mbah doakan semoga kau mimpi makan enak agar ketika terjaga nanti, kau tak lagi benci dengan mereka yang telah berbuat keji.
-Negeri antah berantah ditepian senja-
Catatan : Mbok : Ibu dalam bahasa Jawa
Mbah : Nenek dalam bahasa Jawa
Ngger : Panggilan anak dalam lingkungan Jawa
Gambar dipinjam dari Getty Images
2 komentar:
sugeng siswanto said...
kurang panjang,..belum puas bacanya dah selesai.
Deny Lestiyorini said...
Waaahhhh...Mas Sugeng jeli banget. ancene tiba2 aku kehilangan Ide Mas. mood berubah jadi males. Mau ikutan nambahin Mas? hihihihi