Saya sama sekali tidak menyangka bahwa long weekend kali ini adalah liburan yang berkesan buat saya. Ditengah kejenuhan saya -yang terjebak- didalam lingkaran rutinitas, di hari rabu pagi salah seorang teman mengirimkan sms mengajak berkaraoke –tepatnya mentraktir menikmati gaji pertamanya sebagai manager- keesokan malamnya. Setelah saya melihat jadwal, saya menyanggupi datang karena pada hari yang sama saya sedang ada acara di dekat tempat yang dimaksud. Sebenarnya yang membuat saya bersemangat adalah bertemu dengan teman – teman backpacker, yang saya ingat dengan jelas, bertemu terakhir kalinya pada agustus tahun lalu ketika berlibur ke pulau seribu. Entah kenapa saya bertekad bahwa malam itu saya harus datang dan bertemu dengan mereka. Mungkin saya ingin sejenak hidup normal. Merasakan kembali berkumpul dengan mereka, teman – teman bersahaja tetapi mempunyai catatan yang bisa dibanggakan di bidang pekerjaan masing – masing.
Ketika membuka kamar nomer 3 disalah satu tempat karaoke yang happening didunia tarik suara *hallaaahh*, pertama kali yang saya lihat adalah Ryan dan Mbak Eko. Ya iyyaalaahh, secara mereka duduknya cuman beberapa senti dari layar kaca..hehehe…kemudian senyum cemerlang Planius langsung bisa dikenali dilanjutkan cipika cipiki dengan Mbak Woro dan diakhiri dengan jabat tangan dengan Faisal, si manager yang punya acara. Beberapa mungkin agak kaget dengan perubahan penampilan saya. Beberapa lagi tetap melanjutkan joget dan nyanyinya. Ga nyangka banget, mereka masih nampak sama secara tampilan luar. Saya senyum sejenak, betapa saya memang sangat merindukan mereka, merindukan suasana yang sudah lama tidak bisa saya sentuh. Tak lama, Jo dan Iem datang. Setelah puas 2 jam narsis dengan suara masing – masing, rasanya saya masih belum puas dan belum rela jika langsung pulang. Dan secara spontan saya bilang “jadi, cuman segini doank nih”. Entah siapa yang memberikan usul, acara dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju café terdekat. Karena sudah larut menjelang dini hari, semuanya hanya memesan minuman ringan. Obrolan berlangsung seru. Tentang Pulau Sempu, Faisal yang rajin”nyalon”, gosip Jo yang segera nikah, Iem dan kesibukan kuliahnya, Ryan yang kepengen banget ke Raja Ampat dan Pulau Derawan, Mbak Eko dan Mbak Woro yang semangat banget ngebahas attitude salah satu artis yang baru melepas masa lajangnya, Planius yang ga pernah bosen ngegodain Faisal *loohhh…kookk??!!*, saya yang diberikan beberapa pertanyaan tentang jilbab dan obrolan seru lainnya seputar company ini yang bersaing dengan company ono. Tiba – tiba ada yang mengingatkan tentang rencana di hari jumat. Setelah berdebat lucu, akhirnya diputuskan wisata kuliner sekitar Bogor. Sedang asyik ngebahas rencana tersebut, mbak pelayan memberi tahu kalo café nya sudah tutup dan kami diminta segera membayar. Lagi – lagi, bapak manager yang mentraktir kami. Duh, tau gitu kan pesen yang mahalan dikit, bukan air mineral doank..hihihi…
Teman – teman yang lain masih lanjut makan nasi goreng disuatu tempat sedangkan saya dan Jo langsung pulang karena terus terang badan saya sudah capek sekali setelah perjalanan seharian. Nyampe di kos setengah 2. Sebelum tidur saya sempatkan ngirim sms ke faisal ngucapin terima kasih atas traktirannya dan ke Mbak Eko, minta tolong jika ada pembatalan rencana wisata kuliner saya diberitahu, karena terus terang saya ga yakin teman – teman bisa bangun pagi sedangkan jam segitu saja masih makan nasi goreng. Tapi Mbak Eko dan Faisal meyakinkan kalo wisata kuliner tetap jalan sesuai rencana, kumpul di kos Faisal jam 8 pagi.
Bangun jam setengah enam rasanya kepala masih pengen digeletakin di kasur, Tapi ya sudahlah, niat pengen jalan – jalan hari itu, saya langsung mandi dan berbenah. Jam 8 sudah sampai di karet dan ga lama, Mbak Eko dan Mbak Woro sudah terlihat. Langsunglah kami berangkat pake mobilnya Mbak Eko. Tujuan pertama adalah Sentul City. Sepanjang perjalanan saya lebih banyak diam karena saya sedang asyik menjadi pendengar menikmati pembicaraan teman – teman sambil mengamati keadaan jalan. Senang ketika tahu salah seorang teman di usia muda sudah memikirkan untuk membeli rumah dan tersenyum ketika teman yang lainnya seperti tersadarkan dan menjadi gamang tentang pengalokasian uangnya. Saya rasa semua memang sesuai prioritas dan kebutuhan masing – masing. Kalau misalkan rumah adalah cara yang tepat untuk berinvestasi, ya musti nekad memang untuk membelinya. Tetapi jika mobil adalah kebutuhan dan dirasa sangat penting saat ini dan nanti, ya musti bisa menyisihkan uang agar bisa membelinya. Jadi sebenarnya kita tidak bisa menyarankan bahwa ini lebih penting dari itu. Yang bisa dilakukan mungkin hanya memberikan pandangan tentang baik dan buruk masing – masing pilihan tetapi keputusan akhir tetap di tangan yang bersangkutan.
Setelah berhenti sejenak di tenda – tenda makan yang ada di Sentul City, perjalanan dilanjutkan ke kantor pemasaran untuk mencari info harga beli rumah di kawasan tersebut. Setelah puas berkeliling, kami akhirnya bergerak ke Gumati dan Panjang Jiwo. Rupanya karena hari libur dan ada acara gathering, tempat itu sangatlah ramai. Bahkan untuk sekedar mencari lesehan buat makan siang saja harus antri ditambah dengan pelayanan yang lamaaaaa banget sampai kami berlima sempat puas tidur selama setengah jam, makanannya baru nongol. Faisal yang sempat kesal karena es kelapa pesenannya lama munculnya sampai dia seperti mau pingsan kehausan…hihihi…Ternyata setelah mau dibayar, makanannya mahal banget padahal varian makanan yang kami pesan tidak terlalu banyak…hmm, salah hitung mungkin. Perjalanan ditempat itu ditutup dengan Mbak Eko yang main Flying Fox dan kami berlima yang asyik foto – foto dengan background danau.
Setelah itu, rencananya kami pengen mampir ke kebun raya Bogor, hanya sekedar untuk cari rumput buat rebahan..hahaha, tetapi rebahan setelah makan siang memang sangat menggiurkan. Setelah beberapa kali putaran dan tidak menemukan pintu masuknya dimana, akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Cimori. Tapi karena jalannya macet, kamipun mampir ke FO. Saya membeli 2 baju hangat. Sempet ditanya Mbak Woro “mo pergi ke Eropa Bu?” saya jawab saja “iya nih, ngumpuin baju hangat dulu…hihihi”. Mudah – mudahan memang suatu saat nanti bisa terlaksana pergi ke Eropa. Amin. Perjalanan dilanjutkan, tetapi ga jadi ke Cimori karena jalanan masih macet. Akhirnya Faisal mengusulkan untuk makan malam di café salah seorang temannya. Café Mangiare (baca:manjare) tempatnya bagus banget. Homy dan ada live musicnya, dengan arsitektur yang kuno dan klasik plus pepohonan yang hijau disekeliling pendopo. Wah ga rugi deh kalau perjalanan hari itu ditutup di tempat yang romantis apalagi ditemani rintik hujan. Suasana jadi adem. Ternyata didepan meja kami, ada salah seorang artis yang sedang merayakan ulang tahun bersama keluarga, pacar dan temen – temennya. Sepanjang dia makan, selalu ada kamera yang mengabadikan setiap momen yang terjadi, sampai ada salah seorang diantara kami nanya sambil berbisik, artis apakah dia itu. Saya jawab kalau saya sering lihat di infotainment, trus saya tambahin, mungkin artis yang nongolnya diinfotaiment doank, artis ga penting…hahaha…entah kenapa saya tiba – tiba usil semakin tertarik untuk mengamati artis lelaki itu dan saya jadi berpikir, bisa jadi dia membayar infotainment untuk meliput acaranya tersebut karena yang saya lihat cuma ada satu kamera. Wow, bahkan untuk menjadi tenar seorang artis musti membayar juru berita untuk memberitahukan kepada khalayak ramai –yang mungkin juga tidak terlalu perduli- tentang setiap inci kehidupannya. Kok ruwet ya. Tapi saya juga ga berhak menjadi hakim dadakan yang bisa memutuskan apa yang hak dan tidak hak bukan. Cuma saya kok ya jadi usil menganalisa membandingkan dengan beberapa pesohor yang memang terkenal karena prestasinya. Mereka tidak akan susah payah membayar juru kamera untuk “pura – pura” meliput karena kalau seorang artis berprestasi –entah prestasi karena karyanya atau karena gosipnya- serta merta pemberitaan itu akan mengikuti, secara alami, tidak dibuat – buat, tidak harus selalu memakai topeng. Tapi ya sudahlah, semua itu kembali kepada pilihan hidup. Kalau memang dia,artis di café malam itu, suka dan nyaman dengan eksploitasi media, kan tidak ada pengaruhnya buat hidup saya apalagi kehidupan teman – teman saya yang cuek aja menikmati makan malam mereka…hehehe...Oh ya, Mbak Eko sempat dibuat naik pitam karena pelayanan café tersebut yang terkesan lama, padahal yang dipesan cuman es teh. Ga nyalahin juga sih, wong yang ngelayanin cuman 1 orang. Ternyata makan malam yang mendapatkan diskon 15% -karena Faisal tak henti memberikan serangan kepada temannya yang punya café untuk ngasih diskon- itu ditraktir sama Mbak Woro..huhuuyyy…
Setelah makan malam, perjalanan terakhir adalah kembali ke Jakarta. Sepanjang jalan nyanyi – nyanyi, kecuali Pla yang sudah tidur. Ternyata oh ternyata, biaya bensinnya ditanggung sama Mbak Eko. Kami cuman disuruh bayar uang tol. Duh, baik banget Mbak ku ini. Ga enak hati juga sih benernya karena seharian dia yang nyetirin. Malam yang indah berakhir di kamar kos jam 11 an malam. Capek tapi senang.
Akhir liburan ditutup dengan berita duka hari ini. Telah berpulang Bapak Soentoro, bapaknya Pak Yogi, atasan saya. Kaget juga sih, karena seorang teman pagi – pagi mengabarkan berita duka tersebut. Dengan koordinasi yang cepat, beberapa orang ngumpul di kantor dan segera menuju rumah duka. Ga tega ngelihat mukanya Pak Yogi yang sedih. Bersalaman dengan ibunya Pak Yogi, entah kenapa saya jadi teringat dengan ibu. Tiba – tiba saya menangis ketika duduk bersimpuh didepan jenazah untuk menghaturkan do’a. Saya seperti diingatkan bahwa saya tidak tahu waktu saya sampai kapan didunia ini. Saya tidak bisa menebak berapa lama lagi saya diberikan kesempatan untuk membahagiakan ibu bapak, adik – adik saya, teman – teman juga saya seperti diingatkan untuk tidak menunda berbuat kebaikan karena sejatinya apa yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan. Hari ini saya jadi merenung tentang apa yang sudah saya perbuat dan apa yang belum saya lakukan. Sampai diujung senja, saya hanya bisa berbisik kepada semburat jingga “saya tidak bisa berjanji apapun Tuhan, saya hanya ingin selalu berbuat yang terbaik untuk semua, saat ini dan nanti. Tolong bantu saya untuk selalu meluruskan niat dan berjalan dengan langkah yang selalu berlimpah barakahMu”. Dan saya siap berjalan kembali untuk menyongsong esok hari dengan senyuman.
Terima Kasih untuk Faisal yang mempunyai ide untuk bertemu dan untuk traktirannya. Hidup itu pilihan kok Sal, kalau ada yang mau dishare, aku bisa dihubungi kapanpun. Terima Kasih untuk Mbak Eko yang sudah susah payah nyetir mengantar kami sepanjang hari dan ga usah bayar bensin. Semoga segera bertemu dengan mas – mas jawanya Mbak ^__^. Thanks untuk Mbak Woro untuk traktiran makan malamnya dan pembicaraan tentang pernikahan. Tuhan kasih masalah sudah sepaket dengan jawabannya kok Mbak. Tinggal kita berusaha dan tidak putus asa aja menjawab masalah itu *__^. Thanks untuk Pla yang tetap dengan senyum cemerlangnya. Pla, kamu kok agak pendiem ya sekarang. Sukses dengan akadnya. Kalau butuh tukang ngaji pas peletakan bata nanti, bisa panggil aku..hahaha..Thanks buat Ryan, Iem dan Jo untuk obrolan menyenangkan setelah karaoke. Sukses ya buat kalian. Terima Kasih buat Pak Yogi sekeluarga dan almarhum karena sudah membuat saya merenung sore ini. Semoga semua diberikan ketabahan ya Pak. Thanks buat teman – teman yang lain. Mari kita selalu bersyukur atas segala pilihan hidup yang sudah kita perbuat karena kita hidup didunia ini kan untuk ibadah. Jangan pernah menyerah hanya karena materi dan segala macam kesemuan, karena masih banyak yang lebih tidak beruntung dibandingkan dengan apa yang kita pikirkan. Yuk, kita selalu tersenyum untuk hari ini, esok dan nanti //^__^\\
Terima kasih untuk akhir pekan yang menyenangkan
-Jakarta, 30 Mei 2010 diujung senja sambil ngelihat semburat jingga dari jendela kamar kos-
Ketika membuka kamar nomer 3 disalah satu tempat karaoke yang happening didunia tarik suara *hallaaahh*, pertama kali yang saya lihat adalah Ryan dan Mbak Eko. Ya iyyaalaahh, secara mereka duduknya cuman beberapa senti dari layar kaca..hehehe…kemudian senyum cemerlang Planius langsung bisa dikenali dilanjutkan cipika cipiki dengan Mbak Woro dan diakhiri dengan jabat tangan dengan Faisal, si manager yang punya acara. Beberapa mungkin agak kaget dengan perubahan penampilan saya. Beberapa lagi tetap melanjutkan joget dan nyanyinya. Ga nyangka banget, mereka masih nampak sama secara tampilan luar. Saya senyum sejenak, betapa saya memang sangat merindukan mereka, merindukan suasana yang sudah lama tidak bisa saya sentuh. Tak lama, Jo dan Iem datang. Setelah puas 2 jam narsis dengan suara masing – masing, rasanya saya masih belum puas dan belum rela jika langsung pulang. Dan secara spontan saya bilang “jadi, cuman segini doank nih”. Entah siapa yang memberikan usul, acara dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju café terdekat. Karena sudah larut menjelang dini hari, semuanya hanya memesan minuman ringan. Obrolan berlangsung seru. Tentang Pulau Sempu, Faisal yang rajin”nyalon”, gosip Jo yang segera nikah, Iem dan kesibukan kuliahnya, Ryan yang kepengen banget ke Raja Ampat dan Pulau Derawan, Mbak Eko dan Mbak Woro yang semangat banget ngebahas attitude salah satu artis yang baru melepas masa lajangnya, Planius yang ga pernah bosen ngegodain Faisal *loohhh…kookk??!!*, saya yang diberikan beberapa pertanyaan tentang jilbab dan obrolan seru lainnya seputar company ini yang bersaing dengan company ono. Tiba – tiba ada yang mengingatkan tentang rencana di hari jumat. Setelah berdebat lucu, akhirnya diputuskan wisata kuliner sekitar Bogor. Sedang asyik ngebahas rencana tersebut, mbak pelayan memberi tahu kalo café nya sudah tutup dan kami diminta segera membayar. Lagi – lagi, bapak manager yang mentraktir kami. Duh, tau gitu kan pesen yang mahalan dikit, bukan air mineral doank..hihihi…
Teman – teman yang lain masih lanjut makan nasi goreng disuatu tempat sedangkan saya dan Jo langsung pulang karena terus terang badan saya sudah capek sekali setelah perjalanan seharian. Nyampe di kos setengah 2. Sebelum tidur saya sempatkan ngirim sms ke faisal ngucapin terima kasih atas traktirannya dan ke Mbak Eko, minta tolong jika ada pembatalan rencana wisata kuliner saya diberitahu, karena terus terang saya ga yakin teman – teman bisa bangun pagi sedangkan jam segitu saja masih makan nasi goreng. Tapi Mbak Eko dan Faisal meyakinkan kalo wisata kuliner tetap jalan sesuai rencana, kumpul di kos Faisal jam 8 pagi.
Bangun jam setengah enam rasanya kepala masih pengen digeletakin di kasur, Tapi ya sudahlah, niat pengen jalan – jalan hari itu, saya langsung mandi dan berbenah. Jam 8 sudah sampai di karet dan ga lama, Mbak Eko dan Mbak Woro sudah terlihat. Langsunglah kami berangkat pake mobilnya Mbak Eko. Tujuan pertama adalah Sentul City. Sepanjang perjalanan saya lebih banyak diam karena saya sedang asyik menjadi pendengar menikmati pembicaraan teman – teman sambil mengamati keadaan jalan. Senang ketika tahu salah seorang teman di usia muda sudah memikirkan untuk membeli rumah dan tersenyum ketika teman yang lainnya seperti tersadarkan dan menjadi gamang tentang pengalokasian uangnya. Saya rasa semua memang sesuai prioritas dan kebutuhan masing – masing. Kalau misalkan rumah adalah cara yang tepat untuk berinvestasi, ya musti nekad memang untuk membelinya. Tetapi jika mobil adalah kebutuhan dan dirasa sangat penting saat ini dan nanti, ya musti bisa menyisihkan uang agar bisa membelinya. Jadi sebenarnya kita tidak bisa menyarankan bahwa ini lebih penting dari itu. Yang bisa dilakukan mungkin hanya memberikan pandangan tentang baik dan buruk masing – masing pilihan tetapi keputusan akhir tetap di tangan yang bersangkutan.
Setelah berhenti sejenak di tenda – tenda makan yang ada di Sentul City, perjalanan dilanjutkan ke kantor pemasaran untuk mencari info harga beli rumah di kawasan tersebut. Setelah puas berkeliling, kami akhirnya bergerak ke Gumati dan Panjang Jiwo. Rupanya karena hari libur dan ada acara gathering, tempat itu sangatlah ramai. Bahkan untuk sekedar mencari lesehan buat makan siang saja harus antri ditambah dengan pelayanan yang lamaaaaa banget sampai kami berlima sempat puas tidur selama setengah jam, makanannya baru nongol. Faisal yang sempat kesal karena es kelapa pesenannya lama munculnya sampai dia seperti mau pingsan kehausan…hihihi…Ternyata setelah mau dibayar, makanannya mahal banget padahal varian makanan yang kami pesan tidak terlalu banyak…hmm, salah hitung mungkin. Perjalanan ditempat itu ditutup dengan Mbak Eko yang main Flying Fox dan kami berlima yang asyik foto – foto dengan background danau.
Setelah itu, rencananya kami pengen mampir ke kebun raya Bogor, hanya sekedar untuk cari rumput buat rebahan..hahaha, tetapi rebahan setelah makan siang memang sangat menggiurkan. Setelah beberapa kali putaran dan tidak menemukan pintu masuknya dimana, akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Cimori. Tapi karena jalannya macet, kamipun mampir ke FO. Saya membeli 2 baju hangat. Sempet ditanya Mbak Woro “mo pergi ke Eropa Bu?” saya jawab saja “iya nih, ngumpuin baju hangat dulu…hihihi”. Mudah – mudahan memang suatu saat nanti bisa terlaksana pergi ke Eropa. Amin. Perjalanan dilanjutkan, tetapi ga jadi ke Cimori karena jalanan masih macet. Akhirnya Faisal mengusulkan untuk makan malam di café salah seorang temannya. Café Mangiare (baca:manjare) tempatnya bagus banget. Homy dan ada live musicnya, dengan arsitektur yang kuno dan klasik plus pepohonan yang hijau disekeliling pendopo. Wah ga rugi deh kalau perjalanan hari itu ditutup di tempat yang romantis apalagi ditemani rintik hujan. Suasana jadi adem. Ternyata didepan meja kami, ada salah seorang artis yang sedang merayakan ulang tahun bersama keluarga, pacar dan temen – temennya. Sepanjang dia makan, selalu ada kamera yang mengabadikan setiap momen yang terjadi, sampai ada salah seorang diantara kami nanya sambil berbisik, artis apakah dia itu. Saya jawab kalau saya sering lihat di infotainment, trus saya tambahin, mungkin artis yang nongolnya diinfotaiment doank, artis ga penting…hahaha…entah kenapa saya tiba – tiba usil semakin tertarik untuk mengamati artis lelaki itu dan saya jadi berpikir, bisa jadi dia membayar infotainment untuk meliput acaranya tersebut karena yang saya lihat cuma ada satu kamera. Wow, bahkan untuk menjadi tenar seorang artis musti membayar juru berita untuk memberitahukan kepada khalayak ramai –yang mungkin juga tidak terlalu perduli- tentang setiap inci kehidupannya. Kok ruwet ya. Tapi saya juga ga berhak menjadi hakim dadakan yang bisa memutuskan apa yang hak dan tidak hak bukan. Cuma saya kok ya jadi usil menganalisa membandingkan dengan beberapa pesohor yang memang terkenal karena prestasinya. Mereka tidak akan susah payah membayar juru kamera untuk “pura – pura” meliput karena kalau seorang artis berprestasi –entah prestasi karena karyanya atau karena gosipnya- serta merta pemberitaan itu akan mengikuti, secara alami, tidak dibuat – buat, tidak harus selalu memakai topeng. Tapi ya sudahlah, semua itu kembali kepada pilihan hidup. Kalau memang dia,artis di café malam itu, suka dan nyaman dengan eksploitasi media, kan tidak ada pengaruhnya buat hidup saya apalagi kehidupan teman – teman saya yang cuek aja menikmati makan malam mereka…hehehe...Oh ya, Mbak Eko sempat dibuat naik pitam karena pelayanan café tersebut yang terkesan lama, padahal yang dipesan cuman es teh. Ga nyalahin juga sih, wong yang ngelayanin cuman 1 orang. Ternyata makan malam yang mendapatkan diskon 15% -karena Faisal tak henti memberikan serangan kepada temannya yang punya café untuk ngasih diskon- itu ditraktir sama Mbak Woro..huhuuyyy…
Setelah makan malam, perjalanan terakhir adalah kembali ke Jakarta. Sepanjang jalan nyanyi – nyanyi, kecuali Pla yang sudah tidur. Ternyata oh ternyata, biaya bensinnya ditanggung sama Mbak Eko. Kami cuman disuruh bayar uang tol. Duh, baik banget Mbak ku ini. Ga enak hati juga sih benernya karena seharian dia yang nyetirin. Malam yang indah berakhir di kamar kos jam 11 an malam. Capek tapi senang.
Akhir liburan ditutup dengan berita duka hari ini. Telah berpulang Bapak Soentoro, bapaknya Pak Yogi, atasan saya. Kaget juga sih, karena seorang teman pagi – pagi mengabarkan berita duka tersebut. Dengan koordinasi yang cepat, beberapa orang ngumpul di kantor dan segera menuju rumah duka. Ga tega ngelihat mukanya Pak Yogi yang sedih. Bersalaman dengan ibunya Pak Yogi, entah kenapa saya jadi teringat dengan ibu. Tiba – tiba saya menangis ketika duduk bersimpuh didepan jenazah untuk menghaturkan do’a. Saya seperti diingatkan bahwa saya tidak tahu waktu saya sampai kapan didunia ini. Saya tidak bisa menebak berapa lama lagi saya diberikan kesempatan untuk membahagiakan ibu bapak, adik – adik saya, teman – teman juga saya seperti diingatkan untuk tidak menunda berbuat kebaikan karena sejatinya apa yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan. Hari ini saya jadi merenung tentang apa yang sudah saya perbuat dan apa yang belum saya lakukan. Sampai diujung senja, saya hanya bisa berbisik kepada semburat jingga “saya tidak bisa berjanji apapun Tuhan, saya hanya ingin selalu berbuat yang terbaik untuk semua, saat ini dan nanti. Tolong bantu saya untuk selalu meluruskan niat dan berjalan dengan langkah yang selalu berlimpah barakahMu”. Dan saya siap berjalan kembali untuk menyongsong esok hari dengan senyuman.
Terima Kasih untuk Faisal yang mempunyai ide untuk bertemu dan untuk traktirannya. Hidup itu pilihan kok Sal, kalau ada yang mau dishare, aku bisa dihubungi kapanpun. Terima Kasih untuk Mbak Eko yang sudah susah payah nyetir mengantar kami sepanjang hari dan ga usah bayar bensin. Semoga segera bertemu dengan mas – mas jawanya Mbak ^__^. Thanks untuk Mbak Woro untuk traktiran makan malamnya dan pembicaraan tentang pernikahan. Tuhan kasih masalah sudah sepaket dengan jawabannya kok Mbak. Tinggal kita berusaha dan tidak putus asa aja menjawab masalah itu *__^. Thanks untuk Pla yang tetap dengan senyum cemerlangnya. Pla, kamu kok agak pendiem ya sekarang. Sukses dengan akadnya. Kalau butuh tukang ngaji pas peletakan bata nanti, bisa panggil aku..hahaha..Thanks buat Ryan, Iem dan Jo untuk obrolan menyenangkan setelah karaoke. Sukses ya buat kalian. Terima Kasih buat Pak Yogi sekeluarga dan almarhum karena sudah membuat saya merenung sore ini. Semoga semua diberikan ketabahan ya Pak. Thanks buat teman – teman yang lain. Mari kita selalu bersyukur atas segala pilihan hidup yang sudah kita perbuat karena kita hidup didunia ini kan untuk ibadah. Jangan pernah menyerah hanya karena materi dan segala macam kesemuan, karena masih banyak yang lebih tidak beruntung dibandingkan dengan apa yang kita pikirkan. Yuk, kita selalu tersenyum untuk hari ini, esok dan nanti //^__^\\
Terima kasih untuk akhir pekan yang menyenangkan
-Jakarta, 30 Mei 2010 diujung senja sambil ngelihat semburat jingga dari jendela kamar kos-
0 komentar: