Malam ini entah kenapa saya tiba – tiba berubah menjadi sosok yang melankolis. Walaupun tidak memungkiri juga sih kalau saya memang mudah menangis kalau melihat dan merasakan ketidakadilan ataupun segala sesuatu yang mengharukan yang ada disekitar saya. Bahkan hanya mendengar cerita di radio saja, saya bisa menitikkan air mata.

Jadi, kesensitifan saya dimulai ketika sholat maghrib tiba – tiba saya menangis dan tidak bisa menghentikan tangisan itu. Entah kenapa. Yang saya tahu pasti adalah saya teringat ibu bapak nun jauh disana. Saya rindu sholat maghrib berjama’ah dengan mereka. Saya rindu mencium tangan bapak dan mencium pipi ibu ketika sholat selesai. Saya rindu adik – adik saya mencium tangan saya. Saya rindu masakan ibu. Saya rindu bercanda dengan bapak. Saya rindu semua suasana rumah. Tetapi, yang membuat tangisan saya kembali pecah, saya merasa bersalah karena saya belum bisa membahagiakan mereka seutuhnya. Satu hal yang membuat saya masih beban. Saya belum menikah. Dan saya teringat perkataan bapak “kalau sudah ada calon suami, jangan ditunda – tunda. Menikahlah segera. Mumpung Bapak masih sehat dan diberikan umur panjang untuk menjadi wali nikahmu. Mumpung Ibu masih kuat untuk membuatkan masakan khas buatan rumah untuk suamimu. Mumpung kami berdua masih ada ketika acara sungkeman nanti berlangsung. Tapi kalo misalkan belom ada, carilah dengan agama. Berikhtiarlah dengan do’a. Jangan mencari yang sempurna. Karena dengan ketidaksempurnaan yang kalian miliki, kalian akan saling melengkapi dengan cara yang sempurna”. Saya benar – benar tak bisa menghentikan tangisan ketika mengingat perkataan bapak yang selalu terngiang – ngiang ditelinga saya. Bagaimana bapak dan ibu selalu berusaha untuk menjaga kesehatan hanya supaya mereka masih diberikan umur panjang sehingga masih bisa mendampingi ketika saya menikah nanti. Bahkan bapak masih hobi lari pagi. Bapak bercita – cita supaya nanti ketika saya sudah punya anak, bapak masih kuat menggendong cucunya

Malam ini saya meratap diatas sajadah. Menumpahkan segala permohonan saya ke Sang Pencipta. Mengalirkan setiap air mata pengharapan saya. Serasa ada yang kurang lengkap ketika melihat apa yang sudah saya lalui sekarang. Bapak ibu sudah beranjak sepuh. Saya masih juga berkutat dengan tetek bengek urusan dunia. Saya sudah tidak sanggup lagi menjadi anak yang selalu membangkang. Saya tidak kuasa lagi melihat kesedihan di mata mereka ketika saya menjawab dengan nada yang keras. Saya ingin mendampingi disisa usia ini. Entah saya atau mereka yang diberi kesempatan terlebih dulu untuk menghadapNya, saya ingin memberikan yang terbaik untuk mereka. Saya hanya ingin memberikan kebahagiaan, karena selama ini saya selalu memberikan kesedihan dan rasa kuatir. Bagaimana saya harus memulainya. Memulai segala sesuatunya dari awal. Memulai untuk menjadi hamba yang bartaubat. Memulai untuk menjadi anak yang berbakti. Saya harus mengubah semuanya sebelum keadaan menjadi terlambat.

Sebelum saya menulis tentang semua ini, saya chatting dengan teman saya yang di Belgia. Saya senang sekali melihat bayinya yang ganteng dan lucu. Spontan saya bilang kalo saya sebenernya sudah pengen untuk punya baby yang lucu seperti Feivel, nama anaknya. Dengan bijak dia menjawab “Tuhan mungkin sedang mengatur yang lain, deny. Nanti kalau sudah saatnya tiba, Andien yakin deny akan punya baby yang lebih lucu. Mungkin Tuhan sedang mengatur kehidupan deny yang lain”…Degghh, perkataan yang bijak sekaligus menyadarkan saya. Mungkin Allah memang ingin melihat saya bertaubat sesungguhnya. Memberi kesempatan kepada saya untuk memperbaiki segala sesuatunya. Dosa yang tercipta dengan sengaja dimasa lalu, perkataan yang tak pantas yang terucap, janji yang lalai belom terlaksanakan dan bersujud di kaki kedua orang tua untuk meminta maaf atas segala kesalahan.

Jadi saya akan memulai dari sekarang, supaya langkah saya akan lebih terasa ringan dan kita semua selalu mendapatkan barakah Allah. Dengan kerendahan hati, saya minta maaf ya teman – teman kalo selama ini saya pernah melakukan kesalahan, lisan yang tak terjaga sehingga pernah manyinggung perasaan ataupun laku yang tak sopan. Saya tidak tahu diberikan umur sampai kapan. Saya hanya ingin melewati sisa waktu ini dengan memberikan keindahan kepada orang – orang yang saya sayangi, termasuk kalian. Semoga kita semua termasuk umatNya yang selalu bersyukur.

-Jakarta, 20 April 2010 di keheningan malam kamar kos-


This entry was posted on 8:13 PM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

2 komentar:

    Alin said...

    sabar den,bersiaplah menjadi seorang ibu dan istri.insyaalllah aku doain sebentar lagi akan menjalani separuh dari ibadahmu..(menikah).amien.(vera)

  1. ... on May 11, 2010 at 3:44 PM  
  2. Deny Lestiyorini said...

    Amieeenn...Thanks Ver...mudah2an disegerakan

  3. ... on June 2, 2010 at 8:37 AM