Saya makhluk yang gila baca. Saya ingat sekali kenapa kegemaran itu mendarah daging pada saya sekarang. Pada saat saya masih TK, ibu sering sekali membawakan komik Donal Bebek yang Full Colour. Nah, karena saat itu saya masih belum bisa membaca dengan lancar, saya hanya tertarik dengan warna – warnanya saja. Setelah masuk usia SD, baru saya benar – benar lapar membaca. Semua buku cerita yang dibelikan ibu selalu saya lahap sampai selesai tidak sampai 1 hari. Donal Bebek, Tin tin, Kuncup, BOBO, Ananda dll. karena kewalahan dengan kemampuan baca saya yang super cepat, akhirnya ibu membawa pulang koran yang ada di sekolah. Jadi sejak kecil saya pun sudah terbiasa membaca koran. Satu kebiasaan buruk yang sampai saat ini masih saya lakukan dan orang tua tidak suka yaitu makan sambil membaca. Rasanya ada yang kurang kalau misalkan saya makan tidak membawa bahan bacaan. Mungkin itu juga alasan kenapa saya makannya lama -nyengir manis- . Saya bisa membutuhkan waktu minimal 30 menit hanya untuk menghabiskan makanan 1 piring. Betapa tidak produktifnya ^_^. Tetapi apa mau dikata, kebiasaan yang susah dirubah. 
Kembali ke hobi membaca saya, pernah suatu saat ibu, yang guru bahasa Indonesia, saat itu mempunyai ide cemerlang. Beliau memberikan tugas kepada semua muridnya untuk membuat kliping tentang cerita pendek apapun. Wah, betapa senangnya saya ketika berkarung – karung kliping sudah sampai di rumah. Setelah dikoreksi oleh ibu, baru saya bebas membacanya. Ceritanya bagus – bagus. I love you, Ibu
Ketika SMP dan SMA, saya lebih sering menghabiskan waktu istirahat di ruang perpustakaan. Selain bisa membaca buku cerita, saya juga bisa membaca berbagai macam ilmu pengetahuan. Tidak mengherankan, mata saya sudah minus sejak SMP. Bahkan dengan berjalannya waktu, bukan hanya minus, tapi silinder juga ikutan nangkring. Hmmm, untung saja Ibu sering membuatkan air perasan wortel. Mencegah minus bertambah, kata Beliau. Nah, kalau di bangku kuliah, waktu saya tidak fleksibel lagi untuk membaca. Praktikum dan  padatnya jadwal perkuliahan menyedot waktu dan pikiran saya. Kalau sudah sampai di kos, sudah capek rasanya. Walhasil, baru membaca 1 halaman saja sudah tertidur. Karena perpustakaan pusat di kampus saya jauh dari jurusan dan sebagai mahasiswa yang masih menggantungkan kehidupan dari "beasiswa" orang tua, maka saya harus putar otak supaya masih bisa membaca secara gratis. Satu cara saya peroleh yaitu membaca di perpustakaan daerah yang letaknya tidak begitu jauh dari kampus. Cuma 1 kali angkot. Nah, kalau kita mendaftar menjadi anggotanya, bisa deh pinjam buku sepuasnya. Cara yang lain adalah meluaskan pergaulan di kampus dan mendekati teman – teman yang mempunyai hobi membaca sehingga saya bisa meminjam buku mereka secara gratis.
Karena dendam masa lalu yang tidak bisa membeli buku secara leluasa, kendala keterbatasan dana, maka sejak bekerja saya seperti orang yang gila buku. Setiap bulan pasti membeli buku. Bukan cuma satu atau dua buku yang dibeli. Minimal ada 5 buku yang harus dibeli. Rekor saya masih kalah jauhlah kalau dibandingkan dengan Andy F. Noya yang bisa menghabiskan budget berjuta – juta sebulan. Rekor yang pernah saya lakukan dalam hal budget membeli buku yaitu ketika saya harus menemani Ibu operasi di Rumah Sakit Jember. Karena berita Ibu akan dioperasi mendadak banget saya terima, jadi saya tidak ada persiapan untuk pulang ke Jember. Nah, begitu selesai operasi, ibu tidak boleh langsung pulang karena operasinya tergolong operasi besar. Harus menunggu 1 minggu. Nah, dikamar pasien tidak ada TV pula. Akhirnya saya ke Toko Buku. Entah setan apa yang nempel di saya saat itu, begitu membayar di kasir,700rb sudah saya habiskan (sekitar 20an Buku). Padahal baru seminggu sebelumnya saya juga membeli buku. Huh, habislah gaji saya. Tapi tak apalah, tidak akan pernah rugi uang saya kalau belanja untuk buku.
Kalau dikalkulasikan pengeluaran tiap bulan saya, memang saya paling boros di bagian buku. Saya lebih suka berhemat agar bisa membeli buku daripada membeli baju, sepatu atau pernak – pernik wanita lainnya. Kalau mengutip perkataan teman saya “lo tuh emang perempuan yang aneh. Yang lain mah pada rela antri buat night sale, eh lo malah rela datang jauh – jauh ke bursa buku. Mending lo bikin perpustakaan aja. Buku lo kan dah berjibun tuh”. Hehehe, mungkin memang benar adanya apa yang dikatakan teman saya itu. Saya tidak terlalu suka berdandan habis – habisan untuk penampilan. Bukannya saya tipikal wanita yang cuek dengan penampilan, tetapi saya berdandan sewajarnya saja. Tidak seperti merek berjalan. Lebih baik saya mengupdate otak saya dengan banyak membaca.
Satu lagi kebiasaan saya yang tak lazim dibandingkan orang kebanyakan. Saya terbiasa memberikan hadiah sebuah buku kepada teman saya yang ulang tahun atau sedang merayakan sesuatu, kecuali pernikahan. Entah kenapa, saya merasa puas jika saya bisa memberi kado buku. Walaupun misalkan orang yang saya kasih kado itu tidak hobi membaca, tetap saja saya akan memberi kado buku. Karena prinsip saya, suatu saat buku itu akan dibaca juga. Suatu saat pasti.
Tetapi sejak saya di Jakarta, saya melihat fenomena yanga agak aneh. Saya mempunyai saudara sepupu di Jakarta Pusat dan Bekasi. 2 saudara saya itu sangat berkecukupan dalam hal materi. Tetapi jika saya perhatikan, mereka tidak hobi membaca. Berjuta – juta uang dihamburkan hanya untuk membeli kaset PS, membeli robot – robotan, membeli boneka barbie, membeli PS terbaru, membeli segala macam gadget paling mutakhir. Apakah memang zaman sudah mulai bergeser atau memang karena sejak kecil mereka tidak dibiasakan membaca sehingga mereka lebih suka menghabiskan waktu berjam – jam hanya untuk bermain game, jalan – jalan di mall dan sebagainya. Pernah beberapa kali saya datang membawa buku bacaan yang sesuai dengan umur mereka. Hasilnya, buku yang saya bawakan tidak disentuh sama sekali. Cuma dilihat sekilas kemudian digeletakkan di meja. Wah, kenyataan yang bikin saya sesak di dada. Kenapa? karena untuk anak – anak yang terletak dipelosok desa, ataupun mereka yang berada di kota tetapi tidak mempunyai biaya untuk membeli buku, mereka harus berusaha dengan sekuat tenaga supaya tetap bisa membaca dan sekolah. Bahkan beberapa taman bacaan sering minta donatur buku – buku yang masih bisa dibaca karena minat baca anak – anak yang terletak jauh dari perkotaan, ataupun untuk anak - anak yang tidak mampu di perkotaan , sangatlah tinggi tetapi tidak ada bahan yang bisa dibaca.
Kenyataan yang sangat kontras. Kalau saya bertanya ke orang tua sepupu saya itu kenapa tidak membiasakan anak membaca sejak kecil, mereka menjawab bahwa permainan PS dan sejenisnya itu juga melatih otak untuk bisa tumbuh kreatif. Okelah, alasan itu bisa diterima. Tetapi mengapa tidak bisa menyediakan buku 1 atau 2 buah saja supaya minat baca itu tidak memudar. Itu yang saya gugat. Karena saya rasa sangatlah tidak adil mereka bisa membuang uang berjuta – juta sebulan sedangkan dilain pihak masih banyak anak – anak yang haus akan ilmu pengetahuan tetapi tidak mempunyai sarana dan prasarana untuk memuaskan dahaga mereka. Apakah memang kehidupan perkotaan yang membuat para sepupu saya dan beberapa anak – anak yang setiap harinya berkutat didepan layar TV atau komputer untuk nge-game tidak punya lagi minat baca dan mereka tumbuh menjadi generasi yang konsumtif. Alangkah ngerinya kalau kenyataan itu yang terjadi. Apa kabar Indonesia kalau generasi yang bergelimang kemewahan ini berjalan atas nama ketidakpedulian dan keegoisan terhadap sesama dan menjadikan tiadanya minat membaca. Bukankan membaca itu adalah jendela untuk melihat dunia. Bukankah ilmu pengetahuan itu adalah salah satu alat yang tak akan mati sampai kapanpun untuk kita bisa meraih kesuksesan.
Karena itu, alangkah bijaknya kita yang masih peduli kepada generasi penerus, untuk bisa bersama – sama menumbuhkan minat baca diantara anak – anak, memberikan sumbangan buku kepada taman bacaan yang berkekurangan atau kembali membudayakan kegiatan mendongeng. Mendongeng itu saya rasa adalah langkah yang bagus untuk memperkenalkan kepada anak tentang budaya membaca. Jadi, jika kita masih peduli dengan bangsa ini dan kelangsungan negara tercinta, mari kita tumbuhkan kembali minat baca diantara kita. Dimulai hari ini, dimulai dari keluarga kita sendiri dan dimulai dari diri sendiri. 
Selamat membaca.
-Jakarta, 25 April 2010- 
Gambar dipinjam dari sini


This entry was posted on 6:56 AM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: